Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menetapkan sejumlah asumsi makro ekonomi tahun depan. Poin yang ditetapkan pemerintah antara lain pertumbuhan ekonomi 2022 yang dipatok pada kisaran 5% hingga 5,5%. Ini artinya, pertumbuhan ekonomi di tahun depan akan lebih tinggi dari proyeksi tahun ini yang hanya 3,5%-4,3%.
Meski laju ekonomi tahun ini cukup moderat, Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini masih akan cukup bullish. Dia memproyeksikan, IHSG akan berada di kisaran 6.800 hingga akhir tahun.
Sebab, jika bicara mengenai IHSG, maka ada kaitannya dengan prospek ekonomi selama enam bulan ke depan. “Jika pasar meyakini ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih pesat ke depan, orang akan ramai-ramai melakukan pembelian saham. Otomatis IHSG akan naik,” terang Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Selasa (17/8).
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi memang diproyeksikan akan terkontraksi di kuartal ketiga seiring dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Di sisi lain, proses vaksinasi terus digeber pemerintah, yang hingga saat ini sudah mencapai sekitar 82,9 juta untuk dosis pertama dan kedua, dari target keseluruhan 200 juta dosis.
Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) optimistis bisnis properti tahun 2021 lebih baik
Jika misal akhir bulan ini pemerintah bisa mencapai 100 juta dosis, maka pemerintah sudah merampungkan setengah dari target.”Misal target pemerintah selesai, vaksinasi full 100%, nanti kita akan sudah terbiasa hidup dengan Covid-19 dan ekonomi akan berjalan,” sambung dia.
Dus, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga 5,5% tahun depan, Kiswoyo meyakini laju IHSG akan bisa lebih tinggi dari proyeksi tahun ini, yang didorong oleh jumlah vaksinasi yang semakin bertambah.
Sejumlah sentimen juga mendukung pergerakan IHSG, mulai dari relaksasi sejumlah pajak, hingga era suku bunga yang rendah. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed diyakini masih belum akan megotak-atik suku bunga akhir tahun ini. “Kebijakan moneter masih longgar sampai akhir tahun ini,” pungkas dia.
Di masa recovery ini, Kiswoyo merekomendasikan investor untuk mencermati saham-saham blue chips penggerak IHSG, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Selanjutnya: Konflik Afganistan hingga data ekonomi global bikin sejumlah bursa Asia melemah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News