Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tekanan fundamental dan teknikal diprediksi menyurutkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ke depan. "Setelah pekan kemarin terkalkulasi naik 1,53%, IHSG sepanjang minggu kedepan diperkirakan melemah," kata Theoderus Praska Putrantyo, Analis Saham PT Infovesta Utama kepada KONTAN, Minggu (22/7).
Praska memprediksi, indeks terkoreksi dan bergerak di kisaran 4.004-4.128 untuk periode mingguan (23 Juli-27Juli). Kata Praska, pelemahan bisa terjadi jika data ekonomi Amerika Serikat (AS) berimbas dan menggiring bursa regional, termasuk IHSG. "Data-data negatif (AS) itu antara lain mengenai data penjualan ritel Juni dan data pengangguran," urai Praska.
Praska melihat, aksi profit taking juga akan terjadi di pekan depan, ditengah sikap wait and see investor yang menunggu rilis indeks manufaktur China dan Eropa. Aksi profit taking juga bisa terjadi karena adanya data Growth Domestic Bruto (GDB) AS pada kuartal II, serta rilis data kinerja keuangan emiten global kuartal II.
Selain itu, dari sisi teknikal, IHSG sudah overbought (jenuh beli) berdasarkan indikator RSI dan Willliams %R. "Hal ini sekaligus mengindikasikan posisi IHSG rawan koreksi dalam jangka pendek," jelas Praska.
Strategi buy on weakness, masih menjadi andalan pemodal, antara lain dari sektor industri barang konsumen (GGRM, KLBF), sektor properti (SMRA), sektor telekomunikasi (ISAT), serta sektor industri pertambangan (UNTR, MEDC).
Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada menyebutkan, secara teknikal mingguan (weekly chart), candle IHSG masih berada di batas tengah bollinger band dan stochastic-pun masih berada di bawah area overbought. "Posisi berada di bawah area overbought, sebenarnya akan memberikan peluang kenaikan. Namun aksi profit taking kemungkinan terjadi di awal pekan perdagangan nanti," jelas Reza kepada KONTAN, Minggu (22/7).
Hal ini diperkuat dari laporan harian (daily chart) akhir pekan kemarin, dimana IHSG memberikan posisi candle yang rawan profit taking sehingga akhirnya terpeleset di zona merah. "Koreksi yang terjadi di akhir pekan membuat penguatan IHSG menjadi terbatas,” ulas Reza.
Reza berpendapat, sulit bagi IHSG kembali naik, dilihat dari banyaknya pelaku pasar yang melakukan profit taking di akhir pekan kemarin. Reza berharap, data-data penting global dan regional bisa positif dan mendapatkan respon optimistis dari pelaku pasar dan bukan sebaliknya.
Untuk pergerakannya di minggu depan, Reza memprediksi IHSG bergerak di kisaran support 4.007-4.051 dan resistance 4.124-4.150. Adapun saham-saham yang direkomendasikan untuk dicermati pemodal antara lain; saham BBRI, ASII, CPIN, AKRA, MYOR, SMGR, MAPI, TSPC, dan UNVR.
Sedikit mengulas, di pekan kemarin IHSG menyentuh level psikologinya di 4.100. Dengan kenaikan sektoral selama sepekan kemarin (16 Juli-20 Juli) yang dipimpin indeks properti yang naik 3,48%, disusul indeks infrastruktur sebesar 3,32%.
Pekan depan IHSG perpotensi penuh tekanan
JAKARTA Tekanan fundamental dan teknikal diprediksi menyurutkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ke depan. "Setelah pekan kemarin terkalkulasi naik 1,53%, IHSG sepanjang minggu kedepan diperkirakan melemah," kata Theoderus Praska Putrantyo kepada KONTAN, Minggu (22/7).
Praska memprediksi, indeks terkoreksi dan bergerak di kisaran 4.004-4.128 untuk periode mingguan (23 Juli-27Juli). Kata Praska, pelemahan bisa terjadi jika data ekonomi Amerika Serikat (AS) berimbas dan menggiring bursa regional, termasuk IHSG. "Data-data negatif (AS) itu antara lain mengenai data penjualan ritel Juni dan data pengangguran," urai Praska.
Praska melihat, aksi profit taking juga akan terjadi di pekan depan, ditengah sikap wait and see investor yang menunggu rilis indeks manufaktur China dan Eropa. Aksi profit taking juga bisa terjadi karena adanya data Growth Domestic Bruto (GDB) AS pada kuartal II, serta rilis data kinerja keuangan emiten global kuartal II.
Selain itu, dari sisi teknikal, IHSG sudah overbought (jenuh beli) berdasarkan indikator RSI dan Willliams %R. "Hal ini sekaligus mengindikasikan posisi IHSG rawan koreksi dalam jangka pendek," jelas Praska.
Strategi buy on weakness, masih menjadi andalan pemodal, antara lain dari sektor industri barang konsumen (GGRM, KLBF), sektor properti (SMRA), sektor telekomunikasi (ISAT), serta sektor industri pertambangan (UNTR, MEDC).
Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada menyebutkan, secara teknikal mingguan (weekly chart), candle IHSG masih berada di batas tengah bollinger band dan stochastic-pun masih berada di bawah area overbought. "Posisi berada di bawah area overbought, sebenarnya akan memberikan peluang kenaikan. Namun aksi profit taking kemungkinan terjadi di awal pekan perdagangan nanti," jelas Reza kepada KONTAN, Minggu (22/7).
Hal ini diperkuat dari laporan harian (daily chart) akhir pekan kemarin, dimana IHSG memberikan posisi candle yang rawan profit taking sehingga akhirnya terpeleset di zona merah. "Koreksi yang terjadi di akhir pekan membuat penguatan IHSG menjadi terbatas,” ulas Reza.
Reza berpendapat, sulit bagi IHSG kembali naik, dilihat dari banyaknya pelaku pasar yang melakukan profit taking di akhir pekan kemarin. Reza berharap, data-data penting global dan regional bisa positif dan mendapatkan respon optimistis dari pelaku pasar dan bukan sebaliknya.
Untuk pergerakannya di minggu depan, Reza memprediksi IHSG bergerak di kisaran support 4.007-4.051 dan resistance 4.124-4.150. Adapun saham-saham yang direkomendasikan untuk dicermati pemodal antara lain; saham BBRI, ASII, CPIN, AKRA, MYOR, SMGR, MAPI, TSPC, dan UNVR.
Sedikit mengulas, di pekan kemarin IHSG menyentuh level psikologinya di 4.100. Dengan kenaikan sektoral selama sepekan kemarin (16 Juli-20 Juli) yang dipimpin indeks properti yang naik 3,48%, disusul indeks infrastruktur sebesar 3,32%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News