Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Mahkota Group Tbk (MGRO) diprediksi akan positif hingga akhir tahun nanti. Seiring meningkatnya aset emiten perkebunan ini.
"Dengan meningkatnya aset MGRO pada enam bulan pertama tahun ini, maka diperkirakan kinerja keuangan akan ikut meningkat pada akhir tahun nanti," ujar analis Panin Sekuritas William Hartanto, Jumat (28/9).
William lalu melanjutkan bahwa pembangunan pabrik refinery penghasil minyak goreng tentu akan membantu menopang kinerja perusahaan di masa mendatang.
Namun, ia melihat kinerja MGRO akan menemui hambatan dari harga Crude Palm Oil (CPO) yang masih rendah dan trennya melemah.
"Maka, saya kira produk pengolahan kelapa sawit yang sekarang sudah berjalan bisa dijadikan untuk antisipasi, karena harga bahan baku sedang rendah maka kelapa sawitnya perlu diolah supaya harga jual lebih tinggi lagi," paparnya.
Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk membeli saham MGRO dengan target harga di akhir tahun di level Rp 470 hingga Rp 500 per saham.
Untuk diketahui, MGRO sudah memiliki sejumlah pabrik pengolahan kelapa sawit yang berlokasi di Sumatera Utara dan Riau.
Selain itu, telah mulai melakukan pembangunan proyek refinery penghasil minyak goreng dan kernel crushing plant di Dumai pada Rabu (26/9). Pabrik refinery tersebut ditargetkan beroperasi pada Juni 2019.
"Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1.500 ton per hari. Sedangkan pabrik kernel crushing plant memiliki kapasitas sebesar 400 ton per hari," terang Presdir MGRO Usli Sarsi, Kamis (27/9) lalu.
Untuk pembangunan pabrik tersebut, Usli bilang MGRO menggelontorkan dana sebesar Rp 330 miliar. "Rincian dana tersebut adalah dari IPO diambil Rp 90 miliar. Lalu sisanya 120 miliar dari kas internal perseroan dan 120 miliar dari pinjaman Bank," paparnya.
Usli melanjutkan bahwa produk minyak goreng yang dihasilkan nanti akan didistribusikan ke seluruh Indonesia dan bermitra dengan berbagai perusahaan ritel nasional.
Namun, kerja samanya masih belum ditentukan karena masih dalam proses penjajakan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan ritel tersebut.