kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Analis NH Korindo rekomendasikan beli saham Kalbe Farma (KLBF), ini alasannya


Kamis, 30 September 2021 / 10:04 WIB
Analis NH Korindo rekomendasikan beli saham Kalbe Farma (KLBF), ini alasannya
ILUSTRASI. Kalbe Farma (KLBF) luncurkan Fatigon Promuno untuk perkuat daya tahan tubuh di masa adaptasi kebiasaan baru.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menutup semester I/2021 dengan hasil yang menggembirakan. Menorehkan kinerja yang baik di semua segmen.

KLBF juga meningkatkan permintaan produk dan layanan kesehatan yang terus meningkat, dengan menambahkan produk preventif dan pengobatan, serta layanan tes Covid-19 ke dalam portofolio bisnisnya.

Analis NH Korindo Putu Chantika melihat, KLBF mencatatkan penjualan sebesar Rp 6,3 triliun di kuartal II/2021, naik 9,4% secara year on year (yoy), atau secara kumulatif mencatatkan Rp 12,3 triliun, menurutnya kinerja baik ini didukung oleh semua segmen.

Secara rinci, logistik distribusi menjadi segmen yang berkontribusi paling besar dari total penjualan, sekitar 35%, atau mencatatkan Rp 4,3 triliun, naik 4,3% secara yoy. Segmen kesehatan konsumen mencatatkan penjualan senilai Rp 2,0 triliun atau naik 3,1% secara yoy di semester I/2021.

Baca Juga: Alasan analis Panin Sekuritas rekomendasikan saham Kalbe Farma (KLBF)

Divisi nutrisi melaporkan penjualan senilai Rp 3,3 triliun turun 0,5% secara yoy, dengan GPM yang turun ke 51,6%. Putu menduga penurunan margin disebabkan strategi KLBF untuk menawarkan produk yang lebih terjangkau.

Penjualan obat resep mencapai Rp 2,7 triliun atau naik 5,4% secara yoy, didukung oleh produk khusus onkologi dan biologis, serta layanan tes Covid-19.

Secara kumulatif, laba bersih yang dicatatkan oleh KLBF di semester I/2021, mencapai Rp 1,5 triliun, naik 7,9% secara yoy. Putu menilai, angka laba bersih ini sudah mencapai 49%/51% dari perkiraan dan konsensusnya.

Di semester I/2021 juga rasio beban usaha terhadap penjualan turun ke angka 28,7%, Putu melihat, ini menunjukkan KLBF berhasil menjalankan bisnis secara efisien.

Sementara itu, biaya research & development (R&D) meningkat 10% karena pengembangan vaksin, obat imuno-onkologi dan pengembangan produk baru lainnya.

Dalam pandangannya, KLBF saat ini berhasil meraup keuntungan dari kesadaran masyarakat di tengah adanya gelombang kedua Covid-19.

“KLBF berhasil meraup keuntungan dari meningkatnya kesadaran kesehatan di tengah gelombang kedua Covid-19, yang mengarah pada prospek penjualan yang lebih baik,” kata Putu kepada Kontan.co.id, Rabu (29/9).

Ke depan, ia melihat momentum masih kuat dan akan terus berlanjut, ia perkirakan momentum ini akan terbawa hingga paruh kedua tahun ini. Di akhir tahun ia perkirakan pendapatan akan mencapai Rp 24,7 triliun, naik 7,2% dari tahun lalu, dan laba bersih akan mencapai Rp 3,0 triliun, atau naik 9,9%.

Baca Juga: Laba Kalbe Farma (KLBF) Makin Sehat dari Bisnis Obat

Putu mengamati, banyak perusahaan makin fokus pada produk preventif dan pengobatan Covid- 19. Baru-baru ini, KLBF juga memperkenalkan Pulmosol, susu yang diformulasikan khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk melawan gangguan pernapasan.

Ia juga melihat KLBF menargetkan pertumbuhan 6%-8%, mengingat perusahaan menambah pabrik di Myanmar yang ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2021.

Ke depannya, walaupun kinerja saham yang kurang baik secara year to date, Putu mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 1.750 per saham.

“Kami mempertahankan rekomendasi beli pada KLBF, mengingat perusahaan adalah pemain defensive dengan perkiraan penjualan yang lebih tinggi dan posisi kas bersih yang kuat,” jelas Putu.

Akan tetapi, ia melihat risiko dari rekomendasinya adalah depresiasi rupiah, konsumsi yang lemah, dan persaingan yang semakin ketat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×