kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis menilai volatilitas masih terjadi menjelang pemilu 2019


Rabu, 10 April 2019 / 19:02 WIB
Analis menilai volatilitas masih terjadi menjelang pemilu 2019


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang pesta demokrasi, nilai tukar rupiah berpeluang mengalami volatilitas. Hal ini lantaran pelaku pasar cenderung wait and see menanti hasil keputusan pemilihan umum (pemilu) yang bakal berlangsung 17 April 2019.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, kemungkinan nilai tukar rupiah mengalami volatilitas jelang dan sesudah pesta demokrasi masih mungkin terjadi. Perkiraannya, bergerak pada kisaran Rp 14.200 hingga Rp 14.300 per dollar AS akan berlangsung sekitar satu bulan sampai tiga bulan.

"Meskipun mengalami volatilitas, tapi tidak akan setinggi tahun lalu. Termasuk terkait politik, jika hasilnya sesuai harapan masyarakat," kata Reny kepada Kontan.co.id, Rabu (10/4).

Menurutnya, saat ini pasar masih cenderung wait and see, sehingga dalam waktu satu sampai tiga bulan nilai tukar rupiah cenderung volatilitas. Apalagi, setiap hasil survei menjelaskan pesta demokrasi secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi pergerakan rupiah. "Kalau petahana yang menang, orang sudah tahu track record-nya, sedangkan kalau pemimpin baru, orang akan melihat visi misinya," jelasnya.

Sedangkan terkait keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas target pertumbuhan ekonomi global, telah menekan sedikit pergerakan rupiah hari ini. Namun, menurut Reny, pelemahan tersebut cukup wajar dan rupiah diperkirakan mengalami sedikit perbaikan di 2019 dengan perkiraan akhir tahun berada di level Rp 14.450.

Prospek rupiah yang lebih baik tahun ini, didukung dengan kondisi fundamental Tanah Air yang masih positif, dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang masih berada di atas 5%, cadangan devisa juga bertumbuh menjadi US$ 124,5 miliar per Maret 2019.

Sedangkan untuk hambatannya masih dari isu lama, yakni neraca perdagangan yang menyeret defisit transaksi berjalan mendekati batas 3%. Kinerja impor tahun ini juga belum bisa diandalkan, mengingat pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi rendah, membuat permintaan impor cenderung lemah.

"Untuk rupiah sendiri, selama inflow-nya masih masuk, maka akan ada penguatan. Apalagi, kalau dana investasi asing masuk, akan bisa bantu stabilitas rupiah," tuturnya.

Ditambah lagi, Bank Indonesia (BI) tahun ini berpeluang untuk mempertahankan suku bunga acuannya BI7DRR, seiring dengan proyeksi The Federal Reserve (The Fed), yang bakal menahan kenaikan suku bunga acuannya (FFR) bahkan berpeluang untuk dipangkas.

"Dengan asumsi asumsi tersebut, seharusnya rupiah tahun ini enggak akan mengalami guncangan seperti tahun lalu. Fundamental kita juga tertolong oleh The Fed yang cenderung dovish," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×