Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek obligasi negara sebagai investasi rupanya masih cukup menjanjikan bagi investor. Hanya saja, analis melihat bahwa fundamental rupiah jadi faktor utama yang harus diperhatikan.
Mengutip Indonesia Bond Pricing Agency, INDOBeX Government Total Return mencapai 2,15% (year to date) di level 241,59. Disisi lain INDOBeX Corporate Total Return juga naik menjadi 1,99% ke level 268,10. Hanya saja porsi obligasi negara lebih tinggi dari obligasi korporasi.
I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan faktor yang menyokong naiknya prosentase obligasi negara dibanding obligasi korporasi yakni capital inflow ke surat berharga negara (SBN). “Meskipun tidak begitu besar porsinya tetapi cukup menyokong kinerja obligasi negara,” ujar I Made Adi Saputra kepada Kontan.co.id, Kamis (7/2).
Sekedar informasi saja, Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) realisasi penerbitan SBN neto per 23 Januari 2019 telah mencapai Rp 102,66 triliun. Realisasi tersebut memenuhi sekitar 26,39% dari target penerbitan SBN neto yang dipatok Rp 388,96 triliun sepanjang tahun ini.
Disamping itu, I Made juga faktor eksternal dan internal cukup mendukung kinerja obligasi negara (ytd). Dari segi eksternal Made menilai Bank Sentral AS, The Fed yang menahan kenaikan suku bunga tahun ini juga menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi negara. “Setidaknya cukup kondusif bagi pasar keuangan dan perkembangan surat berharga negara (SBN),” tandasnya.
Sedangkan dari segi internal, Made melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang naik juga jadi katalis positif bagi kinerja obligasi negara. Dengan tantangan ekonomi global dengan kondisi yang terjadi, Made menilai, perkiraan pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pun jadi sentimen positif. Sehingga arus uang asing yang masuk pun cukup deras.
“Paling tidak untuk kinerja obligasi negara tahun ini, tantangannya adalah nilai tukar rupiah. Karena pintu masuk uang asing tergantung kondisi rupiah,” pungkasnya.
Kendati demikian, Made meyakini bahwa tahun ini imbal hasil obligasi negara masih akan turun hingga 7,6% untuk tenor obligasi 10 tahun. Sementara yang tenornya 20 tahun sebesar 8,1%. Nah, untuk kenaikan harga Made memproyeksi meningkat 4% sampai 5%.
Made mencatat kondisi harga obligasi negara masih dalam tren bullish. Sebab Pemerintah juga sudah melakukan diversifikasi instrument investasi. Bahkan merencakan untuk meningkatkan porsi ritel untuk memberi peluang bagi investor domestik. Hanya saja, fundamental rupiah harus terjaga bagi kinerja obligasi negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News