Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dikabarkan alan mengumumkan cukai baru rokok untuk tahun 2019 pada bulan Oktober nanti.
Kepala riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, kenaikan cukai rokok adalah hal yang biasa bagi para pengusaha rokok. "Saya memprediksi kenaikan cukai rokok tidak akan terlalu besar atau bahkan setara dengan periode sebelumnya. Kenaikan harga rokok pun tak akan terlalu besar nanti," jelasnya, Jumat (24/8).
Edwin melanjutkan karena orang sudah ketagihan akan rokok, kenaikan harga rokok tidak akan mengurangi konsumsi rokok di Indonesia dan tidak merugikan perusahaan rokok. "Karena sudah adiktif, maka jika naik 10 sampai 20 perak pun, tak akan bisa mengurangi niat orang untuk merokok," imbuhnya.
Ia juga menuturkan bahwa berdasarkan berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), cukai rokok diperkirakan hanya akan naik 6,8% di tahun 2019 atau lebih rendah dari kenaikan cukai rokok tahun 2018 ini.
Ia juga melihat bahwa dari sisi kinerja, dua emiten rokok seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) pada periode tiga bulan pertama hingga enam bulan pertama tahun ini cuma membukukan sedikit kenaikan pada laba bersih.
Dari sisi saham, ia melihat secara valuasi Price Earning Ratio (PER) GGRM lebih murah dari HMSP. Adapun, PER GGRM sebesar 18,82 kali. Sedangkan PER HMSP sebesar 35,05 kali.
Edwin merekomendasikan untuk membeli kedua saham tersebut. "Target harga GGRM hingga akhir tahun di level Rp 85.550 per saham. Sementara itu, target harga HMSP di level Rp 4.000 per saham hingga akhir tahun," terangnya.
Untuk diketahui, GGRM mencatatkan pendapatan pada kuartal I 2018 sebesar Rp 21,98 triliun atau naik 10,07% dari perolehan pendapatan kuartal I 2017 yakni Rp 19,96 triliun.
Seiring kenaikan pendapatan, perusahaan juga mencatatkan peningkatan pada biaya pokok penjualan di kuartal 2018 sebesar 12,8% menjadi Rp 17,56 triliun dari Rp 15,57 triliun pada periode yang sama di tahun lalu. Sedangkan, dari sisi laba bersih cuma naik tipis pada periode tiga bulan pertama di tahun 2018.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis Jumat (27/4), GGRM mencetak laba bersih sebesar Rp 1,89 triliun, naik tipis sekitar Rp 2,56 miliar atau 0,13% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,890 triliun.
Dengan begitu, laba per saham GGRM untuk kuartal I 2018 sejumlah Rp 983, naik dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 982 per saham.
Sementara itu, HMSP mencatatkan pendapatan pada semester I 2018 sebesar Rp 49,15 triliun atau naik 5,5% dari perolehan pendapatan semester I 2017 yakni Rp 46,58 triliun.
Seiring kenaikan pendapatan, perusahaan juga mencatatkan peningkatan pada biaya pokok penjualan di semester I 2018 sebesar 7,2% menjadi Rp 37,72 triliun dari Rp 35,19 triliun pada periode serupa di tahun lalu.Sedangkan, dari sisi laba bersih cuma naik tipis pada periode enam bulan pertama di tahun 2018.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis Jumat (27/7), HMSP mencetak laba bersih sebesar Rp 6,11 triliun atau naik tipis 0,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,05 triliun.
Dengan begitu, laba per saham HMSP untuk semester I 2018 sejumlah Rp 53 atau naik dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 52 per saham. Harga saham GGRM pada akhir perdagangan Jumat (24/8) turun 2,02% ke level Rp 74.000 per saham. Sedangkan harga saham HMSP turun 1,08% ke level Rp 3.680 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News