kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Analis: Holding BUMN penting untuk konsolidasi


Senin, 20 November 2017 / 22:15 WIB
Analis: Holding BUMN penting untuk konsolidasi


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana membentuk holding bagi beberapa sektor bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terdekat akan direalisasikan pembentukan holding BUMN pertambangan. Analis melihat pembentukan holding lumrah dan perlu dilakukan.

Managing Investor Investa Saran Mandiri John Veter menilai, pembentukan holding penting bagi pemerintah untuk konsolidasi dan penyederhanaan struktur modal kerja dari semua unit usaha yang dimiliki sekarang.

Menurutnya, dua sektor yang perlu dibentuk holding adalah pertambangan dan perbankan. Tahun ini rencananya di sektor tambang akan dibentuk holding melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Nantinya Inalum akan jadi perusahaan yang besar dengan kapasitas leverage yang lebih mumpuni. Ekuitasnya juga menjadi semakin besar.

“Untuk perbankan di Indonesia, sebenarnya in term of value, cukup menarik dan cukup besar. Hanya saja, karena saat ini terpecah menjadi banyak bank kecil, sehingga value tersebut tak terlalu terlihat,” ujar Jhon, Senin (20/11).

Jika perbankan disatukan dibawah satu bendera, Jhon menilai, efeknya akan signifikan bagi perekonomian, khususnya dalam hal mendapatkan pendanaan dari luar.

Ke depan, menurutnya, tugas holding adalah mencari pendanaan. “Kalau holdingnya tidak besar, pendanaan dari luar tidak bisa masuk. Kadang mereka mencari sizing yang besar,” imbuhnya. Jika bukan demikian, mungkin saja nanti pendanaan didapat dengan bunga mahal.

Meski demikian, Jhon tak menampik adanya kemungkinan negatif yang dapat muncul, seperti masalah birokrasi. Ketika mengambil keputusan bisnis misalnya, harus melibatkan holding, padahal karakter bisnis tiap unit bisa jadi berbeda.

Setelah pembentukan holding, Jhon bilang, kemungkinan monopoli ke depannya juga ada. Namun, saat ini untuk tambang masih bergantung komoditas, di mana mana harganya sulit dimonopoli karena pasarnya dari luar negeri.

Sementara itu, di sektor perbankan, semangat holding ini akan menurunan net interest margin. “Saat ini satu bank dan bank lain bisa bersebelahan, jadi operation of cost jadi besar. Masalah ini yang bisa dijawab oleh struktur holding,” papar Jhon.

Soal masuknya asing, Jhon hanya melihat kemungkinan bahwa nantinya hanya akan ada dalam bentuk debt atau utang. Kalau dijual dalam bentuk saham, sepertinya tak akan mudah. Hal ini mengingat holding juga 100% dimiliki oleh pemerintah.

Belajar dari negara lain, holding serupa sudah dimiliki oleh Singapura seperti Temasek holding. Di Arab Saudi pun sudah ada Saudi Aramco. Indonesia juga sebelumnya sudah memiliki hoding semen dan holding swasta seperti Astra. Jhon melihat prinsipnya sama, untuk membuat size yang lebih besar agar bisa mendapatkan pendanaan dengan bunga dengan struktur yang lebih efisien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×