kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Analis: Harga tembaga akan kembali lemah


Minggu, 27 Januari 2019 / 12:09 WIB
Analis: Harga tembaga akan kembali lemah


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga kini sangat bergantung pada keputusan perang dagang Amerika Serikat dan China. Analis memperkirakan tren harga tembaga di perdagangan akan bearish.

Mengutip Bloomberg, Jumat (25/1) harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) (24/1) berada di level US$ 5.922 per metrik ton. Harga ini turun 0,48% dari hari sebelumnya US$ 5.951 per metrik ton. Sementara dalam satu pekan, harga tembaga tetap stabil di level US$ 5.922 per metrik ton.

Analis Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto mengatakan sebagai komoditas unggulan, harga komoditas sangat bergantung pada tensi perang dagang. Ia bilang menguat atau melemah harga tembaga dari dampak perundingan Presiden Trump dan Xi Jinping.

"Kalau dilihat pekan lalu harga sempat naik karena ada optimisme pasar mengenai kelanjutan perundingan baik untuk perang dagang. Kemudian tidak ada kabar baik selanjutnya jadi harga kembali melemah," ungkap Andri.

Selain ketidakpastian perang dagang AS dan China, Andri menyebut kebutuhan tembaga di komoditas industri otomotif dan properti juga tidaklah tinggi. Dia bilang tembaga merupakan komoditas multiguna di beberapa industri. Dapat diginakan sebagai bahan baku perkabelan, dalam sistem kendaraan, juga dibutuhkan dalam industri properti.

Hanya saja, dengan pelambatan ekonomi di China membuat harga tembaga masuk dalam tren melemah. Terlebih lagi, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi perekonomian global akan tumbuh pada laju terlemah. Pertumbuhan global tahun ini diperkirakan IMF akan berada pada level 3,5%, di bawah prediksi sebelumnya di angka 3,7%.

"Pelambatan ekonomi China yang karena perang dagang belum berakhir jadi sentimen buruk buat harga tembaga. Ditambah kondisi mata uang dollar yang tertekan karena belum ada perubahan signifikan di AS terkait shutdown," kata Andri kepada Kontan.co.id, Jumat (25/1).

Kendati demikian, masih ada peluang tipis untuk harga tembaga tergerek naik. Caranya adalah berakhirnya perang dagang AS dan China, serta adanya pertumbuhan ekonomi global khususnya pertumbuhan ekonomi China yang tak melambat. Pasalnya China merupakan negara ekspor dan impor komoditas terbesar.

Secara teknikal, harga tembaga bergerak diatas MA50, MA100, dan MA200. Indikator RSI berada di level 14 yang mengindikasi harga netral. Lalu indikator stochastic di level 39,2, dan MACD di level -32,74. Seluruh indikator tadi menunjukkan sinyal rekomendasi jual.
 
Prediksi Andri, Senin (28/1) nanti harga tembaga akan bergerak di kisaran US$ 5.940 sampai US$ 5.905 per metrik ton. Adapun untuk sepekan ke depan, harga tembaga bergerak di level US$ 5.880 sampai US$ 5.980 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×