Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan koreksi pada penutupan perdagangan kemarin (31/1).
Pada awal bulan November ini, Kepala Riset Indosurya Securities, Tonny W Setiadi memperkirakan, IHSG akan bergerak mixed dengan kccenderungan menguat.
Tonny menilai pergerakan IHSG sendiri masih akan didorong oleh hasil laporan keuangan emiten dari dalam negeri. Sedangkan dari luar negeri, untuk sementara pasar global sedikit kehilangan katalis positif dengan ditutupnya bursa AS beberapa hari belakangan seiring badai Sandy .
"Kerusakan yang terjadi , terkalkulasi telah mempengaruhi kegiatan bisnis di Amerika Serikat (AS), khususnya beberapa kota yang merupakan pusat bisnis dengan pengaruh ke global," jelas Tonny kepada KONTAN, Kamis (1/11).
Secara teknikal, Tonny kembali menjelaskan IHSG sendiri dalam jangka pendek bergerak konsolidasi, dimana dalam jangka menengah masih mengkonfirmasi kenaikan dari IHSG. "Untuk perdagangan hari ini, IHSG kemungkinan bergerak di range 4.313-4.370," prediksi Tonny.
Tonny juga optimistis, IHSG bisa mencetak rekor baru di 4.400 sebagai nilai psikologis terdekat. Namun, diperkirakan IHSG masih akan tertahan, akibat badai Sandy serta rilis laporan keuangan beberapa emiten kelas kakap global yang kurang bagus, seperti GGRM yang kinerja kuartal ketiganya dinilai buruk.
Beberapa saham yang bisa diperhatikan adalah ASRI, BSDE, BBTN, ERAA, MSKY. Sedangkan untuk short term trading, saham dengan tren kuat namun memiliki volatilitas tinggi, yang menurut Tonny bisa diperhatikan antara lain PNIN, AMAG, LCGP, dan EKAD.
Analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono memproyeksikan hari ini IHSG akan bergerak mixed pada range terbatas pada 4.330-4.370 dengan saham-saham pilihan yang direkomendasikan diantaranya CTRA, BSDE, RALS, dan ESSA.
Purwoko berujar, kemungkinan pasar saham akan dibayangi data negatif dari Eropa, yang salah satunya ada data pengangguran Jerman bulan Oktober naik dari 6,8% pada bulan lalu menjadi 6,9%, seiring permintaan ekspor Jerman yang terus terpangkas. "Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 2 dekade terakhir," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News