Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepanjang tahun lalu tumbuh signifikan melewati proyeksi para analis. Semua segmen bisinis catatkan pertumbuhan penjualan. Analis memproyeksikan feronikel menjadi motor pendorong kinerja ANTM melanjutkan pertumbuhan di tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2018, penjualan ANTM yang merupakan anggota indeks Kompas100 ini, tumbuh 99,5% year on year (yoy) menjadi Rp 25 triliun. Sementara, laba bersih naik 540,6% yoy menjadi Rp 874 miliar.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo mengatakan pendapatan ANTM sepanjang tahun lalu berada di atas ekspektasinya. Radityo mengamati pertumbuhan kinerja di tahun lalu lebih banyak disokong dari penjualan emas yang sebanyak 13.000 kilogram (kg) menjadi 27.000kg.
Mengutip laporan keuangan di sepanjang tahun lalu penjualan emas meningkat 126% yoy jadi senilai Rp 16,69 triliun. Sementara, penjualan feronikel tumbuh 44% yoy jadi menyumbang Rp 4,66 triliun pada pendapatan. Mangikuti penjualan bijih nikel dan bijih bauksit tumbuh masing-masing 113% dan 21%.
Senada, Dessy Lapagu, analis BNI Sekuritas mengatakan kinerja ANTM di tahun lalu juga melewati ekspektasinya. "Peningkatan pendapatan ANTM bukan hanya karena kenaikan produksi melainkan terbawa kenaikan harga jual komoditas juga," kata Dessy, Senin (18/3).
Dessy memproyeksikan di tahun ini ANTM bisa melanjutkan pertumbuhan kinerja yang signifikan karena tengah mengembangkan penjualan feronikel. "Tren pertumbuhan masih naik di tahun ini karena ANTM akan meningkatkan kapasitas produksi nikel yang bernilai jual lebih tinggi," kata Dessy.
Sejak akhir tahun lalu, ANTM membangun pabrik feronikel di Halmahera Timur dan diproyeksikan akan selesai di semester I 2019. Pengembangan pabrik tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas smelter nikel Pomalaa.
"Pabrik tersebut akan meningkatkan produksi feronikel secara penuh hingga mencapai 40.500 Tni dari 27.000 Tni di tahun lalu," kata Thomas.
Dengan begitu, ke depan secara bertahap ANTM akan mengurangi ekspor bijih nikel dan perdagangan pihak ketiga domestik. Pemurnian nikel akan dilakukan di awal dan langsung dijual menjadi barang jadi. Manajemen memproyeksikan penghentian ekspor dan kepada pihak ketiga bisa terlaksana di 2022.
Selanjutnya, ANTM juga tengah mengembangkan smelter Mempawah dan diproyeksikan selesai di semester I 2019 juga. "Hal ini semakin menguatkan komitmen ANTM ke depan hanya menjual barang jadi," kata Thomas.
Namun, Thomas mengingatkan persoalan perang dagang AS dan China yang tak kunjung usai, dalam beberapa pekan terakhir menekan harga komoditas. Thomas pun merevisi turun rata-rata harga jual nikel di tahun ini menjadi US$ 14.141 per metrik ton.
Mengikuti target manajemen di tahun ini, Thomas merevisi volume penjualan nikel sebanyak 34% menjadi 7.602 metrik ton. Selanjutnya, Thomas juga mengurangi proyeksi volume penjualan feronikel sebesar 11% menjadi 30.400 Tni.
Namun, Thomas merevisi naik penjualan emas dan bauksit masing-masing naik 32,9% dan 233% menjadi 30.126 kilogram dan 3.080 WMT.
Hingga akhir tahun Thomas memproyeksikan pendapatan ANTM bisa naik 20,9% menjadi Rp 33,2 triliun. Sementara, laba bersih naik menjadi Rp 1,8 triliun.
Secara valuasi, Thomas menilai harga saham ANTM yang pada, Senin (18/3) berada di Rp 955 per saham masih murah dan menarik untuk dibeli dengan target harga Rp 1.350 per saham.
Senada, Dessy juga merekomendasikan beli di taget harga Rp 1.120 per saham dengan pertimbangan produktivitas, volume dan harga jual cenderung meningkat dan stabil. Apalagi, permintaan nikel dari global juga masih tinggi mengingat komoditas tersebut banyak dibutuhkan di berbagai industri.
Sementara Robertus Hardy, analis Kresna Securities merekomendasikan buy di target harga Rp 1.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News