kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.224   -44,00   -0,27%
  • IDX 7.095   -1,18   -0,02%
  • KOMPAS100 1.061   -0,86   -0,08%
  • LQ45 835   -0,85   -0,10%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,96   -0,23%
  • IDXHIDIV20 514   0,43   0,08%
  • IDX80 121   -0,27   -0,22%
  • IDXV30 125   -0,37   -0,30%
  • IDXQ30 142   -0,05   -0,04%

Analis: Dalam jangka pendek, suku bunga stabil akan dongkrak efisiensi bank


Kamis, 21 Maret 2019 / 20:00 WIB
Analis: Dalam jangka pendek, suku bunga stabil akan dongkrak efisiensi bank


Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 day reverse repo rate (BI7DRRR) akan turut berpengaruh kepada emiten perbankan. Pasalnya biaya bunga akan bergerak berdasarkan suku bunga acuan.

Hari ini, Kamis (21/3), BI memutuskan untuk menahan suku bunga di level 6%. Adapun suku bunga deposit facility dan lending facility juga tetap, masing-masing sebesar 5,25% dan 6,75%.

Melihat kondisi ini, Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan, penurunan suku bunga harus disikapi dengan beberapa hal, untuk perbankan memiliki time lag ketika suku bunga acuan BI rate turun tidak langsung akan ada penyesuaian bunga kredit ataupun deposito.

Menurutnya, bank perlu menjaga keseimbangan antara suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk periode tertentu. Ketika suku bunga dipotong, bank mendapatkan lebih sedikit simpanan karena biasanya bunga deposito ikut turun, sedangkan porsi pinjaman akan meningkat.

“Di kondisi ini biasanya periode pembayaran pinjaman akan lebih banyak di jangka pendek karena biaya bunga di jangka pendek relatif lebih murah, maka jika jangka pendek lebih variatif ketimbang jangka panjang maka penyesuaian biaya dana pihak ketiga akan ada penyesuaian,” ujar Aditya kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Dengan loan to deposit ratio (LDR) bank buku IV yang relatif tinggi saat ini maka ini menjadi masalah ketika perbankan masih kesulitan dalam mengumpulkan dana pihak ketiganya. Sekadar informasi, pada tahun 2018, laju pertumbuhan kredit tercatat 11,75% year on year (yoy), melebihi laju perolehan DPK yang mencapai 6,5% (yoy).

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat rasio LDR perbankan secara industri untuk periode Januari 2019 ada di level 93,97%. Untuk rasio kredit bermasalah masih ada di level gross 2,55%, angka ini justru naik jika dibandingkan dengan Desember 2018 sebesar 2,36%.

Menurutnya yang menarik dalam dua tahun terakhir biaya kredit yang berhubungan dengan biaya pencadangan sudah mulai menurun, seiring dengan penurunan rasio kredit bermasalah. Ini akan meningkatkan laba bersih.

Di sisi lain pendapatan non bunga bank buku IV juga terlihat memiliki pertumbuhan yang cukup baik dalam periode tersebut.

“Secara kesimpulan penurunan suku bunga tidak akan langsung mempengaruhi profitabilitas perbankan jika berbicara dari sisi deposit dan lending rate, tapi melihat kondisi perbankan jika dilihat dari sisi credit cost dan pendapatan non bunga hal ini bisa sangat cukup membantu perbankan di Indonesia,” ujar Aditya.

Di kondisi jangka pendek pihaknya masih netral untuk industri perbankan ini. “Jangka pendek sektor perbankan netral, tapi jangka panjang overweight,” ujar Adit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×