Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perdagangan mata uang rupiah masih tak bertenaga pada April 2013. Analis mata uang dari Asia Kaptalindo Futures (Askap) Suluh Adil Wicaksono menilai, rupiah masih melemah karena keinginan Bank Indonesia yang bertujuan untuk menjaga performa ekspor. Sebab, dengan level rupiah saat ini, tentu membuat eksportir bahagia.
Meski begitu, menurut Suluh, kondisi pelemahan rupiah yang berada pada kisaran Rp 9.700 ini bukan performa yang baik lantaran sudah berlangsung lama sejak awal tahun 2013 ini. Padahal, jika ditilik dari perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia yang terus menampilkan performa yang baik, harusnya dana asing dalam bentuk dollar Amerika Serikat mengalir deras di Indonesia dan dapat mendongkrak rupiah.
Namun, fluktuasi IHSG justru sama sekali tidak mampu mempengaruhi rupiah. "Asumsi saya, tidak mungkin rupiah dapat tembus dibawah Rp 9.700. Rupiah masih akan berada pada level saat ini dan Bank Indonesia sepertinya belum akan intervensi karena memang belum perlu diintervensi," kata Suluh kepada KONTAN.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat pasar uang, Mochamad Doddy Arifianto. Menurut Doddy, data inflasi serta neraca perdagangan kuartal I yang dirilis pada awal April ini, menambah sentimen negatif dari dalam negeri. Pengumuman inflasi Maret sebesar 0,63% yang jauh di atas ekspektasi tentu berimbas negatif terhadap portfolio Surat Utang Negara yang dilelang pemerintah.
"Berita ini merupakan kabar buruk bagi rupiah dan level rupiah diatas Rp 9.700 bisa berlangsung sampai besok dan bahkan selama sepekan ini," kata Doddy.
Bukan tidak mungkin, kata Doddy, dalam bulan April ini, rupiah dapat melemah hingga menembus level Rp 9.800.
"Belum ada pemicu penguatan rupiah. Sentimen dari dalam negeri masih negatif dan dari luar negeri faktor dollar perkasa masih akan melanjutkan pelemahan rupiah," tandas Doddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
