kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis Beri Rekomendasi Beli Saham Wijaya Karya (WIKA), Ini Alasannya


Jumat, 05 Agustus 2022 / 07:52 WIB
Analis Beri Rekomendasi Beli Saham Wijaya Karya (WIKA), Ini Alasannya
ILUSTRASI. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mendapat rekomendasi beli dari sejumlah analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mulai menggenjot bisnis energi terbarukan (EBT). Belum lama ini, WIKA menyuntikkan modal Rp 36 miliar kepada anak usahanya yang bergerak di bidang usaha tersebut, yakni PT Wijaya Karya Industri (WINNER) untuk mendukung operasional perusahaan.

WINNER mengembangkan berbagai produk berbasiskan energi surya dan hemat energi seperti Solar Water Heater, Aircon Water Heater, Heat Pump Water Heater, Electric Water Heater, Solar Pool Heating dan juga berbagai produk berbasiskan Panel Surya (Photovoltaic Solar Module) seperti Solar Home System, Solar Pumping System, Solar Street Light System, Solar Centralized Hybrid System, Solar Module / Panel, Battery dan sebagainya.

Sementara itu, anak usaha WIKA, yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) juga mengambil alih mayoritas saham PT Wijaya Karya Pracetak Gedung (WPG). WTON mengakuisisi 2% saham WPG yang semula dimiliki PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE).

Dengan begitu, kepemilikan WTON di WPG bertambah menjadi 51% dari sebelumnya 49%. Alhasil, WPG berubah dari yang semula merupakan perusahaan asosiasi WTON menjadi anak perusahaan WTON.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menilai, bisnis EBT yang digarap WIKA melalui WINNER memiliki prospek yang bagus. Tetapi, saat ini porsinya masih sangat kecil sehingga kontribusinya belum akan terlalu terlihat.

Baca Juga: Hadapi Kenaikan Harga Material, Begini Harapan Wijaya Karya (WIKA)

Saat ini, kontributor terbesar WIKA masih berasal dari bisnis konstruksi. "Saya yakin bisnis konstruksi masih bisa bertumbuh. Jadi, penambahan fokus ke bisnis EBT tidak akan berpengaruh ke kinerja WIKA," kata Dennies saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/8).

Pengaruh penambahan kepemilikan WTON di WPG juga dinilai tidak akan terlalu terasa bagi WIKA. Pasalnya, pengambilalihan saham tersebut hanya mengganti kepemilikan dari anak usaha WIKA yang lain.

Sampai dengan akhir tahun 2022, Dennies optimistis kinerja WIKA akan lebih baik dari tahun lalu. Perbaikan kinerja tersebut dipengaruhi pertumbuhan kontrak baru serta kontrak carry over dari tahun lalu masih cukup tinggi sehingga masih bisa menghasilkan pendapatan.

Di sisi lain, arus kas WIKA tahun ini kurang baik dan debt equity ratio (DER) juga cukup tinggi dibanding tahun lalu. "Sehingga ada potensi WIKA akan kesulitan mempercepat penyelesaian proyek-proyek tahun ini sehingga revenue bisa kemungkinan akan mundur dari waktu perkiraan," ucap Dennies.

Secara valuasi, harga WIKA saat ini tergolong cukup murah. Per Kamis (4/8), WIKA naik 1,08% menjadi Rp 935 per saham alias di sekitar 0,6 kali price to book value (PBV).

 

Menurut Dennies, secara teknikal saat ini WIKA berada di support yang cukup kuat disertai beberapa indikator moving average jangka pendek dan jangka menengah yang menempel dalam time frame harian. "

Ada potensi naik cukup tinggi jika WIKA berhasil breakout resistance terdekat di sekitar Rp 960 dengan target harga terdekat di level Rp 1.020," ungkap Dennies.

Dari analisis teknikal tersebut, Dennies merekomendasikan buy WIKA. Pasalnya, di harga saat ini ,terdapat rentang penguatan harga cukup tinggi dengan risiko yang cukup terbatas.

Dalam riset tanggal 13 Juli 2022, Analis KB Valbury Sekuritas Devi Harjoto dan Alfiansyah juga merekomendasikan beli WIKA dengan target harga Rp 1.135 per saham, Target harga tersebut merefleksikan valuasi 2022 pada 17,12 kali PE.

KB Valbury Sekuritas mengubah proyeksi pertumbuhan pendapatan WIKA tahun ini menjadi 22% year on year (yoy). Hal ini seiring dengan ekspektasi penambahan proyek baru terutama pada semester 2 2022 serta pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Laba Wijaya Karya (WIKA) Anjlok pada Kuartal I, Ini Penjelasan Manajemen

Pemerintah juga masih memprioritaskan pembangunan infrastruktur dengan anggaran Rp 365,5 triliun. Lebih lanjut, dimulainya tender Ibu Kota Nusantara (IKN) juga dapat memberikan potensi perolehan kontrak baru yang lebih tinggi, seperti proyek infrastruktur, gedung, dan Engineering Procurement Construction (EPC).

Akan tetapi, KB Valbury Sekuritas melihat bahwa tren kenaikan suku bunga dapat berpengaruh negatif bagi sektor konstruksi yang bergantung pada pendanaan eksternal. "Tren kenaikan leverage WIKA juga dapat menjadi risiko dan dapat mengurangi kemampuan WIKA dalam mendapatkan proyek baru," kata kedua analis.

Oleh sebab itu, pertumbuhan kontrak baru WIKA disinyalir akan lebih lambat dibandingkan perkiraan awal. Kontrak baru WIKA pada 2022 diprediksi dapat mencapai Rp 30 triliun-Rp 32 triliun, atau lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi awal di Rp 35 triliun.

Pada lima bulan pertama 2022, kontrak baru WIKA mencapai Rp12,5 triliun sehingga orderbook mencapai Rp 66,4 triliun, yang utamanya didominasi oleh kontrak-kontrak infrastruktur seperti jalan tol, jalan, jembatan, dan bangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×