kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis angkat bicara soal kenaikan market cap sejumlah emiten di atas Rp 100 triliun


Jumat, 24 April 2020 / 04:34 WIB
Analis angkat bicara soal kenaikan market cap sejumlah emiten di atas Rp 100 triliun
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (22/4/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,46 persen atau 65,64 poin ke level 4.567,56 pada akhir perdagangan hari ini. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (23/4) ditutup pada level 4.593,55. IHSG telah naik 16,66% sejak level penutupan paling rendah pada Selasa (24/3) yaitu 3.937,63.

Di tengah kenaikan tersebut, emiten-emiten dengan kapitalisasi besar juga naik. Beberapa emiten bahkan kembali memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, kenaikan signifikan dialami oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yaitu mencapai 107% dari Rp 40,59 triliun menjadi Rp 107,71 triliun. Kemudian disusul oleh saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang naik 42,85% menjadi Rp 151,58 triliun. Sementara itu PT Astra International Tbk (ASII) justru naik paling tipis yaitu 10,97% menjadi Rp 147,36 triliun

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, kenaikan saham-saham tersebut lebih karena mekanisme pasar. Saat harga saham sudah turun terlalu jauh maka saham-saham tersebut pasti akan rebound. Hal ini tentunya tidak dapat serta-merta dikaitkan dengan perbaikan kondisi ekonomi.

Baca Juga: Saham BRPT masuk daftar big cap lagi, ini peta terbaru penguasa market cap bursa

“Itu karena setiap pasar turun tidak semua investor sudah dalam posisi memegang saham, tetapi ada investor yang memegang uang tunai kemudian masuk ketika saham sudah sangat murah. Mereka kemudian masuk di saat investor yang sudah pegang saham tidak mau jual karena posisi rugi sudah terlalu besar,” jelas Teguh kepada Kontan.co.id, Kamis (23/4).

Sebab, bila dilihat dari sistem operasional perusahaan seperti BRPT, TPIA, maupun ASII yang juga sudah mengabarkan bahwa penjualan mereka di cabang-cabang menurun, ketiganya masih terkena dampak negatif dari pandemik Covid-19. Kecuali emiten-emiten yang bergerak di bidang barang konsumer dan farmasi.

Dus, perlu sentimen positif yang kuat untuk bisa menyatakan bahwa fundamental emiten tertentu dalam kondisi baik seiring dengan pasar yang pulih. “Untuk saat ini kami belum melihat ada peristiwa penting yang positif terkait pandemik Covid-19, misalnya ada vaksin atau pasien tumbuhnya melandai, rasio kematian semakin mengecil,” jelas Teguh.

Baca Juga: Saat Saham Blue Chip Terjepit, Second Liner Malah Melejit

Analis senior Anugerah Sekuritas Bertoni Rio mengatakan kenaikan market cap ASII paling mini lantaran adanya ekspektasi bahwa kinerja penjualan kendaraan akan berkurang, serta berkurangnya dividen dari anak-anak usaha yang kinerjanya juga melambat seperti bisnis jalan tol dan proyek infrastruktur. Sementara BRPT didorong oleh sentimen positif dari penurunan harga minyak.

“Anjloknya minyak dapat menguntungkan BRPT seiring dengan turunnya beban biaya produksi. Ekspektasi kinerja emiten akan terbantu dengan margin emiten seiring dengan turunnya beban biaya dari penjualan,” jelas Bertoni kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×