Reporter: Albertus M. Prestianta | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) berencana meningkatkan kapasitas produksi kaca otomotif dan menaikkan harga jual produknya. Langkah tersebut diterapkan guna menghadapi tantangan pasar di tahun naga.
Produsen kaca lembaran dan kaca otomotif ini akan menambah kapasitas produksi untuk kaca otomotif sebanyak 850 ribu meter persegi per tahun atau bisa digunakan untuk 200 ribu unit mobil. Rusli Pranadi, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan mengatakan, saat ini kapasitas produksi kaca otomotif perseroan mencapai 3,4 juta meter persegi atau bisa digunakan untuk 800 ribu unit mobil.
Menurut Rusli, upaya penambahan kapasitas ini merupakan rencana perseroan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan kaca otomotif dalam negeri. "Permintaan mobil dalam negeri dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan. Melihat peluang itu kami lakukan penambahan kapasitas produksi," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Jumat (22/6).
Untuk merealisasikan rencana itu, perseroan telah menyiapkan dana belanja modal sebesar US$ 12 juta dollar. Sekadar tahu saja, tahun ini perseroan menganggarkan total belanja modal alias capex sebesar US$ 25 juta. Dana tersebut, selain untuk meningkatkan produksi kaca otomotif, akan digunakan untuk membeli tanah.
"Rencananya kami akan membeli lahan di Cikampek sebagai persiapan ekspansi di tahun mendatang," kata Rusli. Sayang, Rusli belum mau membeberkan secara detail soal luas lahan yang akan dibeli dan berapa dana yang akan dikeluarkan untuk pembelian lahan itu.
Rusli mengatakan, tahun ini pihaknya akan lebih fokus menggarap pasar dalam negeri. "Efek krisis eropa secara tidak langsung memberi dampak pada penjualan ekspor kami," katanya.
Saat ini kontribusi ekspor dan lokal terhadap total penjualan masing-masing 40% dan 60%. Rusli memperkirakan kontribusi lokal akan meningkat sejalan dengan rencana perusahaan untuk fokus menggarap pasar dalam negeri.
Selain rencana penambahan produksi, perseroan juga berniat untuk menaikkan harga jual produknya. "Kami sedang melakukan penghitungan ulang dan mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual," kata Rusli.
Namun, dia belum bisa menegaskan kapan harga jual akan dinaikkan. Menurut Rusli, pihaknya menunggu kepastian dari pemerintah soal keputusan akhir besaran kenaikan harga gas. "Kalau belum ada kepastian kami belum bisa ambil keputusan," tuturnya.
Sekadar gambaran, sekitar 26% dari total biaya produksi AMFG merupakan biaya penyediaan gas. Menurut hitungan Rusli, apabila harga gas jadi naik 55% maka ongkos penyediaan gas bertambah 13% sehingga secara total biaya gas perseroan menjadi 39% dari total biaya produksi.
Rusli mengatakan, untuk menyikapi kenaikan harga gas tersebut, mau tidak mau perusahaan akan melakukan penyesuaian harga jual.
Meski sedang menghadapi tantangan kenaikan harga gas, perseroan yakin penjualan masih tetap tumbuh. Rusli memperkirakan penjualan tahun 2012 dapat tumbuh setidaknya 7% dibanding torehan penjualan tahun 2011 sebesar Rp 2,59 triliun. "Laba bersih akan mengikuti," katanya.
Rusli menyatakan, perseroan akan membagikan 10% dari laba bersih 2011 atau sebesar Rp 34,7 miliar sebagai dividen tunai. Pembagian akan dilakukan pada 1 Agustus 2012 di mana pemegang saham akan memperoleh Rp 80 per saham.
Di samping itu, perseroan melakukan transaksi afiliasi senilai US$ 22,71 juta atau setara Rp 195,38 miliar. AMFG menunjuk AGC Technology Solution Co. Ltd., asal Jepang untuk melakukan pemeliharaan berkala pada tungku A2 di Sidoarjo. AGC Technology adalah anak usaha Asahi Glass Co. Ltd., yang juga merupakan pemegang 43,86% saham AMFG.
Tjahjana Setiadhi, Wakil Presiden Direktur AMFG dalam keterbukaan informasi, Jumat (22/6), menyebutkan, transaksi untuk pemeliharaan rutin ini merupakan transaksi afiliasi antara AMFG dan AGC Technology. Sumber dana atas transaksi tersebut menggunakan kas internal perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News