Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten farmasi gencar ekspansi. Teranyar ada PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) bersama Medomics yang merilis alat diagnostik dalam bentuk rapid test.
Begitu juga dengan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang lewat anak perusahaannya Kalbe International Pte. Ltd. telah resmi menandatangani perjanjian jual beli saham dengan Alliance Pharma Co. Ltd. Kalbe 49% saham Alliance Pharma. Penyelesaian transaksi ini diharapkan akan efektif dalam waktu satu bulan.
Corporate External Communication Kalbe Farma Hari Nugroho mengatakan Kalbe tetap terbuka untuk melakukan aksi korporasi dalam pengembangan bisnis perusahaan. Ia menyebutkan Kalbe baru saja menandatangani perjanjian kolaborasi eksklusif dengan Alliance Pharma Thailand melalui Kalbe Internasional untuk memperkuat bisnis obat resep di Thailand.
"Terutama kategori kardiovaskular, pengobatan umum, dan onkologi," kata Hari kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6).
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Akuisisi 49% Saham Alliance Pharma
Hari menjelaskan KLBF akan tetap fokus pada aksi korporasi dan tetap aktif mencari peluang pengembangan bisnis di tengah fluktuasi rupiah saat ini. KLBF mempercepat pengembangan bisnis melalui transfer teknologi untuk pengembangan beberapa produk alat kesehatan. Di antaranya portable X-ray, USG, Dialyzer, CT Scan, endoscopy ditambah dengan peluncuran produk baru yang terus dilakukan.
"Tujuannya agar perusahaan mendukung Pemerintah meningkatkan TKDN melalui pengadaan alat Kesehatan serta untuk pengembangan bisnis dari produk-produk baru," ucapnya.
Di tahun 2024 ini KLBF juga telah menganggarkan belanja modal maksimal Rp 1 triliun. Kalbe akan menggunakan belanja modal untuk pengembangan bisnis dan pemeliharaan.
Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda melihat emiten farmasi masih memiliki peluang untuk melaksanakan aksi korporasi meski terdapat fluktuasi rupiah dan juga situasi ketidakpastian. Pasalnya, kebutuhan kesehatan akan produk layanan kesehatan yang bersifat esensial dan tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi.
Vicky mengatakan, aksi korporasi ini umumnya memiliki fokus jangka panjang serta dukungan dari pemerintah yang akan mendukung industri farmasi dalam negeri. "Namun tetap kita harus berhati-hati dan mempertimbangkan dengan risiko-risiko serta peluang yang ada," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6).
Baca Juga: Cetak Rugi di Tahun 2023, Ini Penjelasan Kimia Farma (KAEF)
Vicky menilai emiten farmasi masih memiliki potensi untuk bertumbuh dari segi pendapatan dan juga laba. Hal itu didorong oleh dengan beberapa faktor yaitu peluncuran produk baru, pertumbuhan pasar domestik di kelas menengah, kesadaran kesehatan di Indonesia, dan peningkatan daya beli masyarakat.
"Menurut kami emiten yang cukup menarik pada saat ini yaitu KLBF dan SIDO karena dari kinerjanya bertumbuh pada kuartal I, sehingga berpotensi untuk bertumbuh di kuartal II 2024 ini," ujar dia.
Vicky merekomendasikan untuk buy on weakness pada saham KLBF dengan target harga Rp 1.620 dan trading buy pada PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dengan target harga Rp 755.
Sedangkan Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana secara teknikal merekomendasikan buy on weakness pada KLBF dengan target harga Rp 1.615-Rp 1.650, buy on weakness pada SIDO dengan target harga Rp 775-Rp 805, wait and see pada PT Phapros Tbk (PEHA) dengan support Rp 364 dan resistance Rp 378.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News