kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akademisi: Tren merger dan konsolidasi marak hingga 2022


Rabu, 16 Desember 2020 / 21:09 WIB
Akademisi: Tren merger dan konsolidasi marak hingga 2022
ILUSTRASI. ilustrasi?merger dan akuisisi, mergers and acquisitions


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai tren merger dan konslidasi perusahaan akan semakin marak tahun depan hingga mencapai 2022.

Tak hanya itu, Budi memproyeksi aksi korporasi ini akan banyak terjadi di industri perbankan dan perusahaan pembiayaan, sebab adanya pemberlakuan modal minimum.

"Tren merger akan semakin marak di tahun 2021 dan 2022 terutama di industri perbankan dan juga persusahaan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena diberlakukannya modal minimum yang baru di tahun 2021 dan 2022," jelas Budi saat dihubungi oleh Kontan, Rabu (16/12).

Ia mengungkapkan, selain adanya aturan tersebut, pada tahun 2021 dan 2022 mendatang akan banyak perusahaan yang memiliki kinerja keuangan tidak sehat, sebagaimana yang terjadi pada Bank Bukopin tahun ini.

Sebagai informasi, sepanjang 2020, beberapa perusahaan tercatat melaksanakan aksi korporasi, seperti merger yang dilakukan oleh tiga bank BUMN Syariah, yakni BNI Syariah, BRI Syariah dan Mandiri Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia (BRIS).

Baca Juga: Ini alasan Muhammadiyah kaji penarikan dana dari bank syariah BUMN hasil merger

Lalu aksi akuisisi Garudafood (GOOD) terhadap Prochiz, kabar burung bersatunya Gojek dan Grab Indonesia, hingga kabar Tokopedia yang menjalin merger dengan Bridgetown Holdings Ltd, perusahaan investasi yang didukung miliarder Richard Li dan Peter Thiel.

Budi melanjutkan, motivasi perusahaan melakukan merger dan akuisisi umumnya adalah untuk menjadi besar dengan tempo lebih cepat secara anorganik. Hal ini terjadi berkat adanya sinergi, yang bertujuan menghantarkan pada posisi sebagai market leader.

"Dalam kondisi ekonomi apapun dan di mana pun, selama dipandang ada nilai tambah dari sinergi yang lebih besar dari costnya, korporasi akan melakukan merger atau konsolidasi. Jika harga dari persuhaan yang diincar atau ditargetkan menjadi turun karena resesi dan pandemi, maka semakin menarik untuk persusahaan yang mengakuisisi," kata dia.

Selanjutnya: Tokopedia dan Bridgetown dikabarkan merger dengan nilai jumbo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×