Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja emiten sektor konsumer di semester pertama tahun ini cemerlang. Salah satunya PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih 30,6% menjadi Rp 256 miliar pada semester I-2016 dibandingkan periode sama tahun lalu, sekitar Rp 196 miliar.
Pencapaian laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan yang tumbuh 14% (yoy) menjadi Rp 3,6 triliun dari semester 1-2015 Rp 3,2 triliun.
Dalam riset tanggal 12 Agustus 2016, analis Ciptadana Sekuritas Jennifer Natalia Widjaja mengatakan, laba bersih AISA di semester pertama berada di atas ekspektasi dan memenuhi 69% proyeksi selama setahun. Sementara terkait pendapatan sejalan dengan ekspektasi dan telah memenuhi 52% proyeksi selama setahun ini.
Sementara beban pokok naik 6% (yoy) menjadi Rp 2,69 triliun, dari sebelumnya senilai Rp 2,54 triliun. Namun, porsi beban pokok terhadap pendapatan, justru menurun, dari sebelumnya 80% pada semester I-2015 menjadi sekitar 75% selama separuh pertama tahun ini.
Selisih angka 5% berkat efisiensi pada segmen agribisnis. Pada semester pertama tahun ini, beban pokok segmen usaha tersebut Rp 35,45 miliar atau menyusut 30%.
"Kami berharap, AISA bisa lebih lanjut mengurangi biaya keuangan, sehingga pendapatan lebih tinggi dan margin sesuai ekspektasi," kata Jennifer.
Beras kemasan
Manajemen AISA kini mulai menggeser fokus penjualan beras mereka dari beras curah bermargin rendah ke beras kemasan premium bermargin lebih tinggi. Kini beras kemasan menyumbang antara 28% sampai 29% terhadap total pendapatan beras perseroan. Tahun lalu, kontribusinya hanya 17%.
Salah satu produk beras kemasan AISA bermerek Maknyuss. AISA mempromosikan beras ini melalui Mitra Usaha Maknyuss. "Ini cara distribusi yang lebih baik, memungkinkan konsumen membeli melalui perorangan, tidak hanya melalui toko," ujar Jennifer.
Ke depan, Jennifer mengharapkan, pertumbuhan bisnis beras AISA didukung oleh rencana penambahan kapasitas dua pabrik beras.
Frederik Rasali, analis Minna Padi Investama, melihat, permintaan beras sangat besar. Faktanya, Indonesia masih mengimpor sekitar 3 ton beras tiap tahun. Sedangkan produksi dalam negeri hanya 75,4 ton. Padahal konsumsi beras per orang di Indonesia sekitar 140 kg per tahun.
Rencana AISA fokus di beras kemasan memang menarik, tapi membutuhkan waktu untuk mengedukasi rakyat. "Akses saat ini justru lebih banyak di pasar basah daripada di pasar modern, jadi membutuhkan waktu untuk edukasi," kata Frederik, kepada KONTAN, Selasa (16/08).
Divisi makanan juga diharapkan tumbuh, seiring jaringan distribusi yang luas di seluruh Indonesia. Sampai semester I, AISA berhasil mencakup 162 kota baru, sisa 38 kota lagi untuk mencapai target selama setahun ini.
Frederik memproyeksikan, top line AISA bisa menuju angka Rp 6,8 triliun sampai akhir tahun ini. Sementara untuk net income, kata Frederik, tergantung pada ekspansi yang dilakukan AISA. Jennifer merekomendasikan beli saham AISA dengan target Rp 2.500.
Menurut Frederik, lebih baik koleksi di harga Rp 1.800. "Jadi rekomendasi short term adalah jual, tetapi long term masih bisa beli saham dengan target Rp 2.600," katanya.
Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas, juga rekomendasikan beli saham AISA dengan target Rp 2.120. Selasa (16/08), harga saham AISA naik 2% menjadi Rp 2.040.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News