kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agresif memburu imbal hasil besar


Sabtu, 30 November 2013 / 08:42 WIB
Agresif memburu imbal hasil besar
ILUSTRASI. Paru-paru basah.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Berinvestasi sebaiknya dilakukan sejak usia muda dan sebelum berkeluarga. Begitu nasihat Indrastomo Nugraha, Vice President Consumer and Retail Lending PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Jangan seperti dirinya yang terbilang telat membiakkan dana.

Dia menyesal tak berinvestasi sedari muda. Di usianya yang kini 39 tahun, Indrastomo baru mulai getol berinvestasi sejak empat tahun lalu Lantaran terlambat berinvestasi, ia pun kini cenderung menjadi investor agresif untuk mengejar imbal hasil sesuai tujuan investasi yang ia inginkan.

Maka itu, sebagian besar portofolio investasinya, Indrastomo benamkan di saham yang bisa memberikan imbal hasil besar. Dulu, ia masih getol trading saham jangka pendek demi mencari capital gain. Saham apa saja, selama masih memberi untung ia beli, termasuk saham-saham gorengan. Namun karena kesibukan, ia tak lagi aktif trading.

Meski tak seaktif dahulu, Indrastomo tetap menginvestasikan separuh portofolionya untuk perdagangan saham jangka pendek. Ia pun mengaku baru belakangan ini mulai lagi aktif trading di pasar modal. Sedihnya, kondisi pasar malah tengah melemah.

Selain saham, Indrastomo juga menempatkan 30% dana investasinya di reksadana saham. Ia baru memulai investasi di reksadana pada awal tahun ini.

Indrastomo juga menaruh dana di produk unitlink dengan porsi 20%. Indrastomo mulai menaruh dana di produk investasi sekaligus proteksi ini sejak dua tahun lalu. Tapi, pemegang Certified Wealth Management Association (CWMA) level VII ini, mengaku, baru belakangan menyadari bahwa sebaiknya investasi tak digabungkan dengan produk proteksi. "Tapi saya terlambat tahu itu," ujarnya terbahak.

Saban bulan, Indrastomo rutin mengalokasikan setidaknya 10% dari pendapatannya untuk berinvestasi.

Di BNI, Indrastomo sehari-hari mengurusi kredit pemilikan rumah (KPR). Toh, itu tak membuatnya menempatkan investasi di sektor properti.
Ada beberapa sebab yang membuatnya belum bisa menyuburkan uangnya di properti. "Saya menghindari conflict of interest yang tinggi. Karena saya yang buat produk KPR, nanti malah saya yang ambil sendiri," sebutnya.

Toh, ia mengaku, suatu saat kelak ingin masuk investasi di properti. Tentu saja, setelah ia tak lagi mengurusi KPR.
Indrastomo berencana berinvestasi pada properti dengan membeli kavling dan membangun rumah di atasnya. Setelah hunian tersebut rampung, barulah dijual.

Investasi dini

Indrastomo bilang, kalau hendak berinvestasi, seharusnya dilakukan sejak usia muda. Menurut alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti itu, investasi ideal sebaiknya dimulai sejak usia 20-an.

Mengejar ketertinggalan berinvestasi, bapak tiga anak ini cenderung agresif dalam berinvestasi. Ia bilang, tujuannya berinvestasi yaitu untuk pendidikan anak. Saat ini, anak sulungnya berumur 10 tahun dan si bungsu 8 tahun. "Yang paling besar, delapan tahun lagi masuk kuliah," ucapnya.

Ia juga punya rencana berinvestasi untuk dana pensiunnya kelak. Ia berangan-angan dapat memulai bisnis sendiri bila sudah berhenti menjadi karyawan. Nah, ia berharap, saat pensiun nanti, dia sudah memiliki dana yang cukup untuk menjalankan bisnis.

Indrastomo menambahkan, ia tak tertarik mengembangkan uang lewat deposito karena imbal hasilnya terbilang kecil. Ia hanya menaruh dana di deposito bila ada dana yang baru akan digunakan dalam beberapa waktu tertentu. Misal, ada suatu kebutuhan yang memerlukan anggaran dalam dua bulan ke depan. Nah, ia menyimpannya di deposito supaya aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×