Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Setelah tertunda beberapa tahun, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melalui anak usahanya, PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) segera menggarap konstruksi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang. Proyek listrik berkapasitas 2x1.000 mega watt (MW) itu menelan nilai investasi mencapai US$ 4 miliar.
Proyek kerja sama pemerintah - swasta (KPS) yang pertama tersebut mulai memasuki tahapan pemagaran yang dilakukan di area konstruksi PLTU. Setelah proses pemagaran usai, area PLTU dinyatakan tertutup untuk umum.
"Seluruh proses pengadaan lahan juga telah terselesaikan, bukan hanya untuk area pembangkit tetapi juga untuk gardu induk, dan jalur transmisi sepanjang 5,5 km juga sudah selesai,” ujar Mohammad Effendi, Presiden Direktur BPI dalam keterangan resmi, Kamis (24/3).
Ia menjelaskan, pengadaan lahan PLTU itu mencakup lahan seluas 226 ha. Dokumen pembebasan lahan telah diserahkan dari BPN kepada PT PLN pada 8 Desember 2015 lalu. PLN juga telah menitipkan dana konsinyasi untuk penggantian lahan di pengadilan negeri Batang.
Effendi mengklaim, permasalahan hukum yang sempat membelit terkait pengadaan sisa lahan sudah diselesaikan dengan diumumkannya putusan Mahkamah Agung pada 29 Februari 2016 lalu yang menolak gugatan pembatalan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Sisa Lahan PLTU. Ia juga mengatakan proses AMDAL yang sempat menjadi masalah sudah diselesaikan.
Sebagai infomasi, PLTU Jawa Tengah merupakan bagian dari program elektrifikasi Jawa-Bali serta komitmen Pemerintah untuk merealisasikan penyediaan listrik sebesar 35.000 MW dalam jangka waktu 5 tahun hingga tahun 2019 mendatang. Dengan dimulainya konstruksi ini, proyek PLTU tersebut ditargetkan bakal beroperasi pada 2020 serta memasok kebutuhan listrik nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News