kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adaro menyulut pasar batubara kokas


Jumat, 29 Desember 2017 / 13:37 WIB
Adaro menyulut pasar batubara kokas


Reporter: Febrina Ratna Iskana, Narita Indrastiti | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk sudah menuai hasil mengakuisisi 75% saham IndoMet Coal Project dari BHP Billiton dengan nilai US$ 120 juta pada Juni 2016. Sebelumnya Adaro sudah memiliki saham 25% di perusahaan tambang asal Australia itu sejak tahun 2010. Alhasil, 100% saham tujuh tambang BHP Billiton itu kini dikuasai oleh Adaro.

Setelah aksi tersebut, aset yang sebelumnya bernama IndoMet Coal Project, kini berubah nama menjadi Adaro MetCoal Companies. Ada tujuh usaha pertambangan dengan kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III di bawah Adaro MetCoal itu, yakni PT Lahai Coal, PT Ratah Coal, PT Juloi Coal, PT Pari Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Kalteng Coal dan PT Maruwai Coal. Total sumber daya batubara dari ketujuh tambang itu sebesar 1,27 miliar ton.

Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Adaro Energy, mengatakan, Adaro Metcoal Companies sudah bisa memproduksi cooking coal alias batubara kokas semi lunak dan thermal peringkat tinggi. Hingga akhir September 2017 lalu, Adaro MetCoal sudah memproduksi batubara kokas sebanyak 670.000 ton.

Menurut informasi, batubara tersebut dijual ke dalam negeri, khususnya ke pabrik baja dalam negeri. Namun, Febriati membantah hal tersebut. Menurutnya, batubara kokas ini tidak hanya dijual di Indonesia, melainkan juga dijual ke luar negeri. "Batubara dijual ke pelanggan di Indonesia, Eropa dan Jepang, ujar Ira kepada KONTAN, Rabu (27/12).

Kokas ini digunakan untuk keperluan industri besi dan baja, pengecoran, dan industri lain.Sayang, Ira tidak bersedia menyebutkan harga jual batubara kokas tersebut, baik harga jual di dalam negeri maupun harga impor.

Namun berdasarkan catatan The Steel Index, harga batubara kokas sekitar US$ 176 per ton. Bahkan di pasar spot harga batubara kokas bisa mencapai US$ 300 per ton. Harga ini jauh lebih mahal dibandingkan harga batubara thermal yang hanya US$ 90 per ton.

Hingga Desember 2017 ini, emiten berkode ADRO di Bursa Efek Indonesia itu sudah memproduksi batubara sebanyak 52 juta ton-54 juta ton. Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, harga batubara kokas ini juga cukup menarik dibandingkan harga batubara thermal. Produksinya sudah memberi kontribusi yang cukup bagus untuk perseroan ini. Adaro mulai memproduksi batubara kokas. "Tahun ini targetnya sekitar 1 juta ton," ujar dia beberapa waktu lalu.

Direktur Keuangan ADRO David Tendian menambahkan, untuk pengembangan batubara kokas, Adaro menyiapkan 40% dari total belanja modal (capex) tahun ini yang berkisar US$ 200 juta-US$ 250 juta. "Sebagian besar memang untuk coking coal, sekitar US$ 100 juta hingga US$ 150 juta," terangnya.

Dana dari kas internal ini akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur aset tersebut dan eksplorasi. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2017, Adaro mencatatkan penjualan batubara ke pasar ekspor masih memegang kontribusi terbesar. Yakni menyumbang sebesar US$ 1,83 miliar atau 80% pendapatan batubara. Sedangkan penjualan ke pasar domestik, tercatat sebesar US$ 456,16 juta atau 20% pendapatan batubara.

Selain dari bisnis penjualan batubara, pendapatan Adaro juga berasal dari jasa pertambangan dan lain-lain. Pelanggan pihak ketiga yang memberikan kontribusi lebih dari 10% pendapatan, yakni TNB Fuel Services Sdn. Bhd. Dan tujuh tambang kokas Adaro itu kini sudah melakukan amendemen kontrak dengan pemerintah. nHarga batubara kokas jauh lebih mahal daripada harga batubara thermal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×