Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan telekomunikasi PT XL Axiata Tbk mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan di tengah pendemi Covid-19. Emiten dengan kode EXCL mencatatkan kenaikan baik dari sisi top line maupun bottom line.
Sepanjang Januari hingga September 2020, EXCL membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 5% menjadi Rp 19,66 triliun. Di sisi lain, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga menguat signifikan 316,33% menjadi Rp 2,08 triliun.
Asal tahu saja, EXCL mencatatkan peningkatan pendapatan layanan (service revenue) sebesar Rp 18,3 triliun atau meningkat 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Pendapatan dari layanan data juga terus tumbuh 12% YoY, dan sekaligus meningkatkan kontribusinya terhadap total pendapatan layanan perusahaan menjadi sebesar 92%.
Baca Juga: Kinerja ciamik, pendapatan layanan XL Axiata (EXCL) tumbuh 8% hingga kuartal III-2020
Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan, pandemi Covid-19 memang berdampak pada daya beli masyarakat. Hal itu juga dirasakan oleh seluruh operator. Akan tetapi, turunnya daya beli masyarakat ternyata tidak menurunkan intensitas kompetisi di industri.
"Semua operator justru berlomba menawarkan berbagai produk, yang selain disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat untuk tetap tetap produktif dan akses ke hiburan, juga disesuaikan dengan kemampuan beli masyarakat," jelas Dian dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Kamis (5/11). Hal ini, lanjut Dian, tercermin dari produk-produk dengan harga yang lebih terjangkau atau bonus yang lebih banyak.
Oleh karenanya, EXCL berupaya mempertahankan kinerja dengan mendorong penjualan. Di saat bersamaan melakukan efisiensi di hampir semua lini bisnis.
Asal tahu saja, beban usaha EXCL hingga kuartal III 2020 menurun 14% yoy. Penurunan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya beban biaya infrastruktur yang menurun 28% yoy sebagai dampak dari adopsi IFRS 16.
Selain itu, biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya turun 24% yoy. Penurunan ini utamanya karena interkoneksi yang lebih rendah sebagai dampak dari penurunan trafik penggunaan layanan voice. Setelah lebih banyak menggunakan saluran digital, biaya pemasaran mampu ditekan 6% yoy.