Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Megaproyek Meikarta di Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, kembali menjadi sorotan usai sejumlah konsumen menuntut pengembalian dana (refund) karena pengembang tak kunjung melakukan serah terima unit. Meski begitu, saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) terpantau menguat 4,64% atau 45 poin ke posisi Rp 1.015, Rabu (15/2).
Penguatan saham emiten properti tersebut didorong volume perdagangan mencapai 740.000 saham dengan frekuensi perdagangan 183 kali, senilai Rp 736,07 juta. Asing mencatatkan net buy sebesar Rp 6,15 juta.
Kenaikan harga saham LPCK setelah Direktur Utama Lippo Cikarang Ketut Budi Wijaya mengatakan, pihaknya telah menyuntik Rp 4,5 triliun sejak PKPU untuk menyelesaikan proyek Meikarta.
Baca Juga: DPR akan Tinjau Lapangan Apartemen Meikarta dan Panggil John Riady
Hanya saja, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan berpendapat skema suntikan dana masih belum jelas. "Sebab dari laporan keuangan terakhir belum memiliki dana sebesar itu dari LPCK dan LPKR," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (15/2).
Menurutnya, kenaikan saham LPCK sebatas spekulasi saja. Apalagi volume masih tipis. Bahkan, Pandhu belum merekomendasikan saham emiten properti grup Lippo, termasuk PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
Kasus Meikarta berpotensi membuat nama pengembang ini kurang baik. "Proses pemulihan nama baik ini tentu perlu waktu," imbuh dia.
Kemudian, secara kinerja keuangan juga memerlukan banyak perbaikan. Utamanya LPKR yang sudah beberapa tahun terakhir membukukan bottom line negatif alias rugi, sehingga belum cukup menarik untuk koleksi. Juga, ada tantangan dari kenaikan suku bunga juga menjadi sentimen negatif.
Baca Juga: Giliran Meikarta Menggugat Konsumen Apartemen Sebesar Rp 56 Miliar, Ada Apa?
Senada, analis Henan Putihrai Jono Syafei juga menilai saham emiten grup Lippo ini belum menarik untuk dikoleksi usai diliputi kasus Meikarta. "Dari sisi kinerja juga masih underperform dibandingkan dengan peers," tambah Jono.
Jika menilik ke induknya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) tidak bergerak dalam sepekan terakhir. Akhir perdagangan Rabu (15/2), harga LPKR juga masih stagnan di posisi Rp 85 per saham.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, saat ini pergerakan harga LPCK dan LPKR sebetulnya cenderung mengalami tren yang sama, sedang mengalami fase downtrend. Faktor terbesar karena meningkatnya persepsi risiko investor terhadap efek kasus Meikarta itu yang belum diselesaikan oleh Lippo Group.
Baca Juga: Industri Properti Diproyeksi Terus Pulih pada Tahun 2023, Ini Penjelasannya
"Secara fundamental laporan keuangan terakhir mereka pada kuartal ketiga 2022 juga kurang memuaskan, LPKR mencatat rugi bersih dan LPCK mencatat penurunan laba bersih secara tahunan," jelas kata Nico.
Saham properti Grup Lippo juga kurang menarik dibandingkan dengan sejumlah kompetitornya seperti PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) dan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA). Bahkan, Nico berpandangan ketiga kompetitornya tersebut secara ROE memberikan nilai yang lebih tinggi dan PER-nya juga lebih rendah sehingga potensi kemungkinan naik harga saham lebih tinggi.
Adapun PER LPKR di posisi -2,35 kali dan ROE sebesar -15,32%. Kemudian LPCK memiliki PER 7,44 kali dan ROE sebesar 5,51%. "Melihat dari sentimen yang ada dan pola teknikal, MACD terlihat mulai membentuk death cross alias akan ada penurunan harga lanjutan maka saya kurang merekomendasikan kedua saham ini," pungkas Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News