Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID JAKARTA. Pekan ini akan menjadi minggu yang menentukan bagi pasar global, termasuk Indonesia. Sebab akan ada agenda penting dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Fed.
The Fed akan melakukan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18 September 2024. Di hari yang sama, bank sentral dalam ngeri Bank Indonesia juga akan melakukan Rapat Dewan Gubernur.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan, ini menjadi salah satu perhatian yang sudah hampir dalam tiga tahun terakhir The Fed menaikkan suku bunga.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Banyak Dijual Asing Selama Sepekan, Saat IHSG Cetak Rekor
Di tengah inflasi AS yang mengalami penurunan, tetapi inflasi inti tidak ikut melandai. Pada Agustus 2024, inflasi tahunan AS mencapai 2,5% dan inflasi inti AS mencapai 3,2% secara tahunan.
Nico bilang berkaca dari data tersebut, pelaku pasar tengah harap-harap cemas apakah The Fed akan tetap menurunkan tingkat suku bunga seperti yang diharapkan atau tidak.
"Oleh sebab itu, investor dan pelaku pasar haru bisa mengelola agar mampu memitigasi risiko yang ada," ucap dia saat dihubungi Kontan akhir pekan lalu.
Kalaupun ada penurunan suku bunga, Nico memproyeksikan The Fed hanya akan memangkas sebesar 25 basis points (bps). Dengan data ekonomi yang ada, akan lebih aman daripada The Fed menurunkan 50 bps.
IHSG Rawan Terkoreksi
Sukarno Alatas, Head of Research Kiwoom Sekuritas memproyeksikan IHSG akan cenderung terbatas pada pekan pendek ini. Penguatan akan cenderung terbatas dan rawan mengalami profit taking.
Menurutnya, fluktuasi dan sell on news di pasar modal dalam negeri bisa terjadi karena sentimen positif atas potensi penurunan suku bunga The Fed pada tanggal 18 September mendatang.
Baca Juga: IHSG Cetak Rekor Tertinggi, Asing Banyak Jual Saham-Saham Ini, Jumat (13/9)
"Ini akan dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk profit taking dalam jangka pendek, di tengah prospek jangka menengah yang tetap positif," kata Sukarno.
Dia menyarankan investor bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk trading buy pada saham-saham berfundamental baik, terutama yang secara teknikal masih tertinggal dan punya valuasi yang baik.
Adapun investor bisa mencermati saham TLKM, EXCL, BBRI, ERAA dan ASII. Sukarno menyebut untuk target jangka pendek, masing-masing saham bisa naik 2%-5% dari penutupan terakhir.
Baca Juga: IHSG Tergelincir, Saham-Saham Ini Banyak Dijual Asing Kemarin
Nico menimpali bagi investor tidak dapat menerima risiko yang ada, wait and see. Namun perlu diingat sampai FOMC nanti, tidak akan ada ekonomi lagi yang akan rilis.
"Adanya Sell on News tergantung pada RDG BI. Kalau BI menurunkan tingkat suku bunga, pasar akan berpotensi mengalami kenaikan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News