Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Maret 2021, penjualan otomotif di Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang signifikan dibanding bulan sebelumnya. Kendati demikian, jika dihitung sepanjang kuartal I-2021, penjualan otomotif Indonesia masih berada di area negatif.
Analis UOB Kay Hian Stevanus Juanda dalam risetnya pada 16 April 2021 menuliskan, kenaikan penjualan otomotif di Indonesia salah satunya didorong oleh implementasi diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil yang berlaku sejak Maret 2021.
Tercatat, pada bulan Maret lalu, penjualan mobil secara wholesale mencapai 84.910 unit atau naik 72,6% dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 49.202 unit. Sementara penjualan mobil secara ritel, tercatat juga naik 65,1% secara bulanan menjadi 77.511 unit dari sebelumnya yang hanya 46.943 unit.
“Walau demikian, jika dihitung selama kuartal I-2021, penjualan mobil baik wholesale maupun ritel masih mencatakan penurunan secara tahunan dengan masing-masing 21,1% dan 18,7%. Hal ini tidak terlepas dari penjualan yang lemah pada bulan Januari dan Februari mengingat relaksasi pajak baru berlaku mulai Maret,” tulis Stevanus dalam risetnya.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) kantongi laba bersih Rp 833,1 miliar pada tahun 2020
Stevanus menyebutkan, untuk mengukur dampak dari relaksasi pajak tersebut, ia menemukan bahwa penjualan mobil 4x2 MVPs dengan mesin di bawah 1.500cc berhasil naik 170% secara bulanan menjadi 40.992 unit pada Maret. Sementara penjualan mobil sedan dengan mesin di bawah 1.500cc secara ritel juga naik hingga 55,6% secara bulanan menjadi 207 unit pada Maret.
Namun, Stevanus justru cukup terkejut dengan penjualan mobil jenis low-cost green cars (LCGC) yang berhasil mencatatkan kenaikan pada Maret baik pada penjualan wholesale maupun ritel (53% dan 24% secara bulanan). Padahal mobil jenis ini tidak terkena dampak dari relaksasi pajak.
Ia meyakini, kenaikan penjualan mobil LCGC bisa jadi disebabkan oleh konsumer yang semula hendak membeli mobil MPV atau sedan dengan mesin di bawah 1.500 cc, namun justru memutuskan membeli mobil LCGC saja.
“Selain itu, yang mengejutkan adalah kenaikan penjualan truk yang mencapai 20% untuk wholesale dan 23,1% untuk ritel pada Maret kemarin. Kemungkinan besar, kenaikan penjualan ini seiring dengan aktivitas bisnis yang sudah mulai pulih kembali,” imbuh Stevanus.
Dengan mulai bergeliatnya penjualan otomotif di Indonesia, UOB Kay Hian pun memberi rating overweight untuk sektor ini. Lebih lanjut, Stevanus merekomendasikan untuk beli saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga Rp 6.800 per saham.
Menurutnya, saat ini ASII yang diperdagangkan di level 12.0x 2021F PE, sangatlah menarik dengan potensi upside yang lebih jauh seiring diuntungkan dengan regulasi dari pemerintah.
“Kami juga mengekspektasikan, laba bersih divisi jasa keuangan akan meningkat seiring dengan peningkatan volume penjualan. AALI juga berpotensi berkinerja baik dengan kenaikan harga CPO, dan UNTR juga berpotensi berkinerja baik didorong oleh balik pemulihan harga batubara. Kami mengharapkan pertumbuhan 50,7% yoy dalam pendapatan bersih ASII pada tahun ini,” imbuh Stevanus.
Selanjutnya: Industri manufaktur berangsur pulih, ini pandangan Astra International (ASII)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News