Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. KDB Daewoo Securities Indonesia (Daessi) menilai, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) perlu dicermati sepanjang transaksi akhir pekan ini.
Ini beberapa poin yang dicermati oleh analis Daessi Bertrand Raynaldi dalam risetnya, Jumat (12/9). Pertama, Waskita mendulang pendapatan dari proyek pemerintah.
Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini resmi menjadi perusahaan terbuka pada akhir 2012 lalu. Setahun berselang, emiten pelat merah ini memperoleh pendapatan yang didominasi dari pendapatan konstruksi sebesar 98,7%. Sianya, sebesar 1,3% dari beton pracetak atau precast. Sebanyak 65% dari pendapatan konstruksinya datang dari proyek pemerintah.
Kedua, perolehan kontrak baru terus tumbuh. Selama empat tahun terakhir, kontrak baru WSKT rata-rata meningkat 24% per tahun. Tapi, target tahun ini lebih besar yaitu tumbuh 41% dari realisasi tahun lalu menjadi Rp 18,7 triliun.
Waskita pede menetapkan target lebih besar. Hingga Agustus, menurut manajemen, Waskita berhasil mengumpulkan kontrak baru Rp 10,7 triliun, atau 40% dari pencapaian periode yang sama tahun lalu.
Realisasi kontrak baru WSKT memang masih terlihat masih jauh dari target. Namun, Bertran melihat, seperti itu siklus bisnis konstruksi. "Akan ada pertumbuhan pesat baru di semester kedua," imbuh Betrand.
Ketiga, perseroan juga akan memperluas usahanya dengan masuk ke bisnis hotel dan properti, dengan menjual membangun dan menjual unit apartment, ruko dan kantor. WSKT juga memiliki strategi untuk menyuntik investasi di perusahaan jalan tol (Jalan tol Depok-Antasari. Pejagan-Pemalang, Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Legundi-Bunder). Lalu, WSKT juga berinvestasi di energi dengan membangun PLTA.
Atas dasar itu, Betrand menyarankan para investor untuk memperhatikan saham WSKT. Sebab, saham perseroan memiliki prospek yang cukup baik, apalagi didorong oleh komitmen pemerintah untuk mendorong percepatan oembangunan infrastruktur.
"Prospek yang baik ini juga tercermin pada prediksi pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada tahun ini oleh konsesus analis sebesar 17% dan 16% menjadi Rp 11,4 triliun dan Rp 428 miliar," jelas Betrand.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News