Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) siap berekspansi pada tahun ini. Produsen timah pelat merah ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,2 triliun. TINS akan menggunakan belanja modal tersebut untuk sektor produksi seperi alat produksi dan pengembangan industri diversifikasi.
Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS, mengatakan, pengembangan industri diversifikasi TINS terdiri dari industri hilirisasi, yakni pembangunan pabrik yang dianggarkan senilai Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar. Ada pula pembangunan rumah sakit yang memerlukan fasilitas senilai Rp 200 miliar.
Selain itu, perseroan ini akan membiayai anak perusahaan yang bergerak di sektor properti. "Jadi intinya, investasi yang kami gunakan di tahun 2016 adalah pertama, untuk produksi, kedua untuk pengembangan dan percepatan industri diversifikasi tadi," jelas Agung, Senin (11/1).
Sebagian besar sumber capex berasal dari kas internal. Sebesar 70% capex mengalir ke produksi, sedangkan sektor diversifikasi mendapatkan 30%. Namun, komposisi bisa berubah seiring kebutuhan.
Manajemen mengupayakan pendanaan dari kas internal, meski ada komitmen bank BUMN siap membantu. "Mana yang terbaik? Kalau dari bank, maka akan memotivasi bahwa kami membayar bunga, jadi harus bagus dong, harus bankable," kata Agung.
Hingga kini perseroan belum berniat mencari pendanaan melalui obligasi maupun rights issue. Saat ini TINS masih memperoleh kepercayaan dari perbankan. Setidaknya ada dua bank BUMN yang siap mengucurkan kredit kepada TINS untuk belanja modal tahun ini.
"Bank BUMN sudah siap. Tergantung situasinya seperti apa, bisa kombinasi. Artinya 30% bisa berasal dari internal dulu atau sebaliknya, yang mana yang terbaik," ujar Agung.
Untuk memperkuat diversifikasi usaha, saat ini TINS memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang properti. Aset perusahaan yang cukup banyak, terutama tanah akan dikelola dan dikembangkan oleh anak perusahaan tersebut.
Setidaknya TINS menggalang konsorsium yang meliputi tiga perusahaan, yaitu TINS serta dua BUMN konstruksi. Mereka adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
TINS juga akan menggenjot industri hilir, dengan membangun end product atau pabrik-pabrik logam timah balok. Selain itu, TINS akan membangun rumahsakit umum yang akan melayani kebutuhan masyarakat. Kontribusi diversifikasi usaha kira-kira sebesar 20% tahun ini.
"Kami terus mengharapkan kontribusinya bisa meningkat," tutur Agung. Harga saham TINS kemarin menurun 1,26% menjadi Rp 470 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News