Reporter: Riska Rahman | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi yang melambat nampaknya mulai berdampak ke beberapa emiten, tak terkecuali emiten berkapitalisasi besar. Beberapa emiten big caps mulai menunjukkan pertumbuhan yang cenderung stagnan, walau ada beberapa juga yang masih mampu tumbuh ditengah kondisi perekonomian yang mulai menurun.
Kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) di semester I 2017 lalu, misalnya, terlihat tidak begitu menggairahkan. Di paruh pertama tahun lalu, penjualan produsen mie instan ini hanya mampu tumbuh 1,57%. Padahal di 2016 lalu, pertumbuhan penjualannya mencapai 8,58%.
Di sisi lain, emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga mencatatkan penurunan penjualan di semester 1 lalu. Salah satu perushaan rokok terbesar di Indonesia ini mencatatkan penurunan penjualan sebesar 1,58% menjadi Rp 46,59 triliun. Berbeda dengan penjualan HMSP di semester I 2016 sebesar Rp 47,34 triliun.
Meski begitu, masih ada emiten yang mampu memperlihatkan pertumbuhan yang cukup baik, seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang pendapatannya berhasil tumbuh 8,89% di semester pertama lalu menjadi Rp 76,27 triliun. PT Astra International Tbk (ASII) pun berhasil meningkatkan pendapatannya menjadi 11% di enam bulan pertama tahun ini.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, kondisi perekonomian nasional seperti sekarang tak serta merta membuat seluruh emiten, terutama yang berkapitalisasi besar, mengalami hal yang sama. "Pergerakan setiap emiten bervariasi sekali. Tidak semua emiten bertumbuh negatif lantaran terkena dampak pelemahan ekonomi," ujar Hans kepada KONTAN, Selasa (15/8).
Di sisi lain, Analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya melihat wajar jika beberapa saham berkapitalisasi besar tak mampu tumbuh pesat di tengah pelemahan ekonomi ini. Pasalnya, beberapa emiten tersebut bergerak di sektor konsumsi yang sangat merasakan dampak pelemahan ini.
Adapun diselenggarakannya pemilihan kepala daerah (pilkada) pada 2018 nanti dipandang William hanya akan mempengaruhi pergerakan harga saham para emiten big caps. "Sentimen politik paling hanya berpengaruh ke harga sahamnya karena kepastiannya tidak tinggi, bukan ke kinerja. Kinerja emiten tersebut lebih dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, bukan politik," papar William.
Hans pun melihat pilkada justru bisa berdampak positif ke perekonomian. Belanja kampanye yang dilakukan para calon pemimpin daerah bisa mendongkrak daya beli sehingga meningkatkan kinerja emiten-emiten tersebut.
Hans pun melihat ketegangan yang terjadi saat pemilihan umum hanya akan jadi sentimen sementara. "Biasanya suasana tegang mulai menurun ketika pemilihan umum selesai sehingga sentimen politik menjelang pemilu itu hanya bersifat sementara," kata Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News