kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, Vale Indonesia (INCO) gelontorkan capex US$ 120 juta


Rabu, 26 Agustus 2020 / 18:41 WIB
Tahun ini, Vale Indonesia (INCO) gelontorkan capex US$ 120 juta
ILUSTRASI. Sejumlah articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale di Soroako


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 110 juta sampai US$ 120 juta tahun ini. 

Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengungkapkan, alokasi ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi capex tahun lalu yang mencapai US$ 166,6 juta. Serapan capex pada 2019 cukup besar mengingat adanya proyek pemeliharaan terencana Larona Kanal.

“Rincian penggunaan capex tahun ini ada untuk peremajaan alat tambang dan mining development,” papar Bernardus saat paparan publik secara virtual, Rabu (26/8). 

Baca Juga: Pasca divestasi, Vale Indonesia (INCO) buka opsi sinergi dengan BUMN tambang lain

Salah satu  faktor penyebab lebih rendahnya alokasi capex tahun ini adalah ditundanya proyek pembangunan ulang (rebuild) tanur listrik 4 ke tahun depan, yang semula dijadwalkan pada kuartal keempat 2020.

Adapun INCO telah mengeluarkan sekitar US$ 44,3 juta untuk belanja modal pada triwulan kedua, naik dari serapan triwulan sebelumnya yang hanya US$ 33,0 juta. Serapan capex ini utamanya untuk peremajaan alat-alat pertambangan. Sehingga jika ditotal, emiten penghasil nikel ini telah menghabiskan belanja modal US$ 77,3 juta selama enam bulan pertama 2020.

Lebih lanjut, Bernardus mengatakan proyek strategis INCO yang terletak di Pomalaa dan Bahodopi terus bergulir. Untuk proyek smelter di Pomalaa, INCO sedang dalam tahap penyelesaian final investment decision (FID). 

Bernardus mengatakan, syarat teknis seperti Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) telah diperoleh untuk proyek Pomalaa. Sementara Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) sedang dalam proses. 

Sejumlah persyaratan pun sudah dilengkapi untuk mengembangkan proyek prestisius senilai US$ 2,5 miliar ini. ”Dalam waktu dekat IPPKH Pomalaa akan segera kami dapatkan,” sambung dia.

Bernardus berharap, semua persyaratan sudah dapat dipenuhi pada semester I-2021. Setelahnya,  keputusan investasi akan  bisa diambil. Bernardus optimis target ini bisa terpenuhi karena INCO tidak menemukan kendala dalam perizinan. Terlebih, investasi ini mendapat dukungan dari pemerintah khususnya  Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Sementara untuk smelter di Bahodopi, Bernardus mengakui kemajuan perizinan di proyek ini berjalan lebih lambat dibanding Pomalaa akibat adanya pandemi. Survei Amdal, diskusi publik, dan IPPKH membutuhkan survei lapangan, yang sempat dibatasi akibat pandemi Covid-19.

Saat ini INCO sedang menyelesaikan persyaratan FID  dan studi teknis. Meski tidak menyebut nama spesifik, Bernardus mengatakan mitra strategis yang digandeng dalam proyek ini berasal dari China. 

Baca Juga: Pembangunan tanur 4 ditunda, Vale Indonesia (INCO) naikkan target produksi tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×