kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Struktur modal dan kas lemah, Pefindo ubah outlook Kimia Farma (KAEF) jadi negatif


Sabtu, 16 Mei 2020 / 12:39 WIB
Struktur modal dan kas lemah, Pefindo ubah outlook Kimia Farma (KAEF) jadi negatif
ILUSTRASI. Stan Kimia Farma KAEf - Suasana pameran Indonesia Business & Development Expo di Jakarta, Rabu (20/9). Pameran ini diikuti oleh perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang akan berlangsung hingga 23 September 2017. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/20/09/2


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat PT Kimia Farma Tbk (KAEF) di idAA-. Peringkat ini juga berlaku untuk surat utang jangka menengah alias Medium Term Notes (MTN) tahun 2017-2018 dan MTN tahun 2019. Surat utang berbasis syariah milik KAEF yakni MTN Syariah Mudharabah tahun 2019 juga diberi peringkat idAA-(sy). 

Namun, Pefindo memangkas outlook KAEF menjadi negatif dari stabil untuk mengantisipasi struktur permodalan dan arus kas yang melemah secara berkelanjutan. Pasalnya, utang jangka pendek KAEF cukup tinggi, dana tersebut untuk membiayai perputaran piutang and persediaan dalam panjang. 

Baca Juga: Diduga Bermasalah, Kimia Farma Menghentikan Sementara Distribusi Rapid Test Biozek

"Kami mempertimbangkan KAEF berencana untuk menurunkan piutangnya mulai tahun 2020 dengan memperketat manajemen kredit dengan pelanggannya," kata Emanuel Paco Tan dan Agung Iskandar Analis Pefindo dalam rilis Jumat (15/5). Namun, Pefindo berpandangan adanya kemungkinan Kimia Farma membutuhkan waktu untuk menurunkan perputaran piutangnya secara signifikan. 

Peringkat KAEF idAA mencerminkan peran strategis KAEF dalam menyediakan obat-obatan tertentu untuk kebutuhan nasional, posisi pasar yang kuat di industri farmasi, dan operasi bisnis yang terintegrasi. Peringkat dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi dan proteksi arus kas yang melemah. Sementara margin profitabilitas KAEF lebih rendah dibandingkan dengan margin perusahaan farmasi yang lain.

Peringkat KAEF bisa diturunkan jika tidak berhasil memperbaiki leverage keuangan dan proteksi arus kas. Ini juga berarti jika Kimia Farma tidak berhasil menurunkan jumlah tingkat persedian per hari alias inventory days dan piutang. Peringkat juga bisa berada dalam tekanan apabila margin keuntungan Kimia Farma semakin menurun. 

Baca Juga: Alat rapid test Biozek diduga bermasalah, Kimia Farma minta klarifikasi produsennya

Ini adalah efek dari pelemahan nilai mata uang rupiah, mengingat sebagian besar dari bahan baku Kimia Farma masih diimpor. Maka jika pendapatan lebih rendah dari yang diproyeksikan maka outlook akan direvisi menjadi stabil jika Kimia Farma berhasil menurunkan siklus kas operasi dan pada waktu yang sama dan mengurangi tingkat utangnya.

Sebagai perusahaan farmasi terbesar milik negara, KAEF tidak hanya fokus pada kegiatan produksi obat tetapi juga kegiatan perdagangan dan distribusi serta kegiatan ritel. Kegiatan perdagangan dan distribusi KAEF dijalankan oleh salah satu anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) yang memiliki 49 cabang nasional per 31 Desember 2019. KAEF juga memiliki aktivitas ritel yang dijalankan anak perusahaan lainnya yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA) yang mengelola 1.279 apotek, 565 klinik kesehatan, 64 laboratorium, 3 klinik kecantikan dan 10 optik per 31 Desember 2019. 

Kimia Farma juga memiliki usaha di luar negeri yang dijalan oleh Kimia Farma Dawaa Co. Ltd. yang mengelola 24 apotek dan 2 gudang di Arab Saudi per 31 Desember 2019. KAEF memiliki 12 fasilitas produksi yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon, Medan, Cikarang, dan Denpasar yang menghasilkan beberapa jenis produk termasuk produk kesehatan konsumen, obat generik, obat ethical bermerek, obat anti-retroviral, narkotika, kontrasepsi, dan bahan baku obat. 

Baca Juga: Pandemi covid-19 bisa bangkitkan industri farmasi lokal

Hingga akhir tahun 2019, Kimia Farma merugi Rp 12,7 miliar dari sebelumnya untung Rp 491,6 miliar. Sedangkan pendapatan KAEF masih tumbuh 11,11% menjadi Rp 9,4 triliun. 

Ebitda Kimia Farma juga turun dari Rp 1,09 triliun menjadi Rp 633,4 miliar pada akhir tahun lalu. Tahun lalu, acuan dollar AS berada di Rp 13.901 per dollar AS sedangkan di tahun 2018 di Rp 14.481 per dollar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×