kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak strategi investor top saat IHSG naik-turun


Rabu, 20 Maret 2013 / 17:41 WIB
Simak strategi investor top saat IHSG naik-turun


Reporter: Harris Hadinata, Arief Ardiansyah, Anastasia Lilin Y, Aceng Nursalim | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Simak beberapa strategi yang dilakukan beberapa tokoh disaat IHSG naik dan turun :

Satriyo Yudi Wahono (Piyu)
Musisi & gitaris band PADI

Penguatan IHSG bertubi-tubi harus diwaspadai pelaku pasar. Pada kondisi seperti saat ini saya memilih tidak memaksimalkan peluang untung, tapi mengikuti tren. Maklum, pilihan saya untuk menjadi trader ketimbang investor lebih sensitif pada pergerakan harga. Porsi saham trading 80%, sisanya baru disimpan jangka panjang. Saya tidak mementingkan kinerja keuangan, kapitalisasi pasar dan valuasi harga saham. Namun lebih suka menggunakan analisa MA 13–MA 26. Saya biasa mematok target return bulanan. Karena itu tak ada saham yang saya pegang lebih dari sebulan, paling banter dua minggu.

Soeratman Doerachman
Pendiri J-Club, komunitas investor

Tak ada kepastian di pasar modal. Namun saya percaya dalam jangka waktu yang panjang sekali IHSG pasti naik. Rencana investasi saya hampir tidak berubah sejak berinvesatsi di pasar modal tahun 1990. Porsi trading 5% dan sisanya disimpan jangka panjang. Saya mematok tingkat return setidaknya tiga kali tingkat cut loss. Warren Buffet mengatakan; Jual saham saat yang lain euforia dan belilah saat pasar modal berdarah-darah. Saat IHSG reli naik seperti ini, saya merealisasikan keuntungan dengan melepas SSIA dan SMCB. Sementara saham yang saya pertahankan adalah JSMR, BMRI, KLBF, dan BBRI.


Rony Agung Suseno
Direktur PT Hanson International

Saya optimistis IHSG masih akan mendaki. Sebab banyak emiten yang merencanakan aksi korporasi tahun ini. Selama bursa reli, saya sudah menjual 9 juta saham dari berbagai jenis emiten. Namun saya tetap menyisakan beberapa saham untuk disimpan jangka panjang, seperti TLKM dan ASII. Porsi antara trading dan investasi jangka panjang adalah 40:60. Untuk trading, saya lebih memilih bermain di saham kelas bawah dengan harga murah. Sebab potensi tingkat keuntungan justru lebih besar daripada trading bluechip. Plus, modal membeli saham kelas bawah juga lebih kecil.


Prodjo Sunarjanto
Presiden Direktur Adi

Saat bursa euforia, itu berarti waktu bagi saya profit taking. Karena itu saya melepas semua saham properti dan perbankan. Dana hasil penjualan saya belanjakan lagi saham yang murah seperti ADRO dan BBRI. Saya memilih ADRO karena manajemen emiten ini paling baik untuk sektor tambang dan kemungkinan harga saham tambang membaik. Kalau BBRI saya pilih karena masih murah. Saya patok keuntungan maksimal 20–30%. Porsi trading sekitar 60% dibandingkan yang saya pegang jangka panjang. Dari keuntungan yang didapat, saya alihkan 20% ke instrumen investasi lain seperti properti dan obligasi.

Susanna Kusnowo
Direktur PT Pioneerindo Gourmet International

Saya tidak khawatir dengan IHSG yang menguat di kuartal I ini karena saya yakin bursa tetap bertumbuh untuk jangka panjang. Khusus sektor tambang, sepertinya tahun ini belum akan pulih. Karena itu saya akan cut loss sebagian sahamnya, lalu mengalihkan ke saham barang konsumsi. Sebelumnya porsi saham saya tambang 40%, barang konsumsi 40%, dan ritel 20%. Kini akan menjadi tambang 20%, barang konsumsi 60%, dan ritel 20%. Total ada 15 saham yang saya miliki. Tak cuma mengandalkan saham berkapitalisasi besar, saya juga tak akan ragu mengincar saham yang baru saja IPO.

Srikandi Utami
VP Head of Shariah PT Sun Life Financial Indonesia

Karena saya tidak memiliki waktu untuk memantau pasar modal secara khusus, saya memilih reksadana saham dan campuran. Porsi dua instrumen investasi ini 40% dari total portofolio investasi. Dari dana yang baru saya masukkan di kuartal III 2012 lalu saja, keuntungan saya sudah mencapai 16%. Namun sejauh ini saya tidak merealisaikan keuntungan. Model investasi saya adalah dollar cost averaging. Jadi entah itu tren IHSG naik seperti sekarang atau turun, saya tetap rutin melakukan top up dana. Dengan model investasi seperti ini saya tidak pernah panik jika pasar merosot tajam seperti yang terjadi pada 2008 lalu.



***Sumber : KONTAN MINGGUAN 25 - XVII, 2013 Laporan Utama


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×