kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi INTP genjot bisnis di semester II


Senin, 07 Agustus 2017 / 15:22 WIB
Strategi INTP genjot bisnis di semester II


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Permintaan semen yang lesu di paruh pertama tahun ini membuat PT Indocemet Tunggal Prakasa Tbk (INTP) harus berinovasi dalam berbisnis. Tingginya pasokan di tengah permintaan yang melambat membuat harga jual semen semester I turun 10%-12% dibandingkan periode yang sama di 2016.

Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), Christian Kartawijaya mengatakan, salah satu strategi inovasi adalah dengan melakukan promo program hadiah untuk pembelian Semen Tiga Roda oleh end-user di pulau Jawa.

INTP berusaha memperkuat permintaan di segmen semen kantong dari konsumen pengguna akhir dan ritel/jaringan distribusi untuk memperkuat merek lawas mereka, Tiga Roda. Sementara itu, INTP juga ikut bermain di pasar semen murah dan terjangkau dengan merek Rajawali.

Penjualan semen Rajawali, menurut Christian masih sekitar 2% dari total volume penjualan. "Kami gunakan sebagai fighting brand untuk mendapatkan volume dari konsumen serta berkompetisi dengan merek semen lapis kedua, di luar pelaku-pelaku usaha baru," ungkapnya, Senin (7/8).

Selain itu, INTP bakal mengembangkan bisnis usaha baru yaitu “Rumah Pabrikasi Indocement”. Proyek tersebut diperkirakan berada di sekitar Bandung dan Bogor, tidak jauh dari area pabrik INTP di Jawa Barat. Luas rumah yang dibangun 36 meter persegi (m2), dan perseroan ini menyasar pasar rumah yang harganya Rp 55 juta- Rp 60 juta belum termasuk tanah.

"Kami juga kembangkan bisnis turunan beton dan batu agregat," sebut Christian.

INTP mengklaim menjadi salah satu pebisnis suplai batu agregat. Beberapa proyek properti telah dikantongi seperti Meikarta. Christian mengatakan, tambang batu andesit milik INTP bisa menghasilkan 3 juta sampai 3,5 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×