kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor properti belum terdongkrak suku bunga


Jumat, 20 Oktober 2017 / 09:55 WIB
Sektor properti belum terdongkrak suku bunga


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-day reverse repo rate (BI 7DRR) sebesar 4,25%. Tingkat suku bunga tersebut sama dengan tingkat suku bunga acuan pada bulan September.

Sebelumnya, BI Rate sempat turun secara bertahap dari 4,75%, lalu 4,5%, dan kemudian 4,25%. Sejumlah analis sebelumnya menyatakan, penurunan suku bunga acuan tersebut bisa memberikan pengaruh pada beberapa sektor. Diantaranya sektor properti dan ritel.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menyatakan, secara sentimen ada pengaruhnya. Tapi, pelaku pasar mengasumsikan bahwa ketika BI Rate turun, kredit perbankan lebih murah dan permintaan kredit meningkat.

"Tapi secara real belum tentu ada pengaruhnya. Mereka tetap akan melihat pengaruhnya seperti apa. Apakah masih dalam perhitungan mereka atau tidak," terang Reza, Kamis (19/10).

Menurutnya, meskipun suku bunga acuan turun, perbankan baru menurunkan suku bunga deposito. Sedangkan suku bunga kredit masih belum turun. Alhasil, masih ada margin antara keduanya atau dikenal dengan net interest margin (NIM) yang masih besar.

"Karena pendapatan bunga adalah yang paling besar didapat dari perbankan," ujarnya.

Oleh karena itu, secara real, dia menyatakan belum begitu besar pengaruhnya. Sedangkan untuk KUR lebih ditujukan kepada pelaku usaha. "Pemerintah ingin meralisasikan program sejuta rumah. Nah ini bagaimana skemanya. Ini bisa jadi sentimen positif properti," imbuhnya.

Reza menyatakan, level suku bunga acuan pada 4,25% masih bagus. Pasalnya, level ini sebenarnya masih cukup baik menopang kondisi ekonmi saat ini. "Selain itu, suku bunga ini juga akan pengaruhi nilai tukar rupiah juga yang tertekan," tambahnya.

Sementara untuk sektor ritel, dia menilai, sejatinya sudah ada pertumbuhan. Namun, menurutnya pertumbuhan tersebut terjadi lewat segmen lain, atau terindikasi adanya shifting. "Selain itu, masyarakat juga mulai selektif dalam membeli barang. Mereka melakukan saving," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×