kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah melemah ke Rp 14.159 di awal pekan menjelang RDG BI


Senin, 25 Juni 2018 / 18:00 WIB
Rupiah melemah ke Rp 14.159 di awal pekan menjelang RDG BI
ILUSTRASI. Kebutuhan uang tunai Lebaran


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan, nilai tukar rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) justru lesu. Selain sentimen eksternal yang masih mendominasi, sentimen domestik dari rilis data neraca perdagangan Mei lalu juga gagal mendorong mata uang Garuda bangkit.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,52% ke level Rp 14.159 per dollar AS. Begitu juga dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di Bank Indonesia yang mencatatkan pelemahan tipis rupiah 0,02% ke posisi Rp 14.105 per dollar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve yang agresif sejatinya masih membebani rupiah. Tambah lagi, "Pekan ini pasar akan fokus pada sejumlah rilis data ekonomi AS yang baru," ujar Reny, Senin (25/6).

Data ekonomi AS yang akan dirilis sepanjang pekan ini antara lain, indeks keyakinan konsumen, pemesanan barang tahan lama AS bulan Mei, pertumbuhan ekonomi AS sepanjang kuartal II-2018, serta data konsumsi personal. Menurut Reny, rilis data tersebut akan menjadi katalis bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakannya ke depan.

Sementara, dari dalam negeri, tidak banyak data ekonomi yang diantisipasi oleh pelaku pasar. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca dagang masih mengalami defisit US$ 1,52 miliar.

"Meski ekspor naik, impor di bulan Mei juga masih terus naik. Ini menjadi sentimen negatif untuk rupiah," ujar Lukman Leong, Analis Valbury Asia Futures, Senin (25/6). Menurut data BPS, nilai ekspor bulan lalu naik 12,47% secara tahunan (yoy) mencapai US$ 16,12 miliar. Namun, nilai impor juga naik, bahkan lebih tinggi, menjadi US$ 17,64 miliar atau sebesar 28,12% yoy.

Menurut Lukman, pelemahan rupiah yang terjadi sejak perdagangan pasca Lebaran dibuka juga disebabkan oleh posisi dollar AS yang masih kuat. Meski sentimen eksternal seperti perang dagang masih bergulir, posisi dollar AS masih diuntungkan sebagai aset safe haven yang dipercaya investor.

"Dengan posisi dollar AS ini, potensi rupiah lanjut melemah masih terbuka," pungkas Lukman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×