kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah masih lanjut wait and see pekan depan


Sabtu, 05 Agustus 2017 / 12:30 WIB
Rupiah masih lanjut wait and see pekan depan


Reporter: Nathania Pessak | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pergerakan mata uang garuda cenderung stabil satu pekan terakhir. Mengutip Bloomberg, Jumat (4/8), di pasar spot rupiah menguat 0,08% ke level Rp 13.316 per dollar AS. Dalam sepekan, rupiah juga terapresiasi 0,06%. Di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah kemarin terkerek 0,04% tapi sepekan naik tipis 0,01%.

Penguatan rupiah terjadi di tengah tekanan yang melanda dollar AS. Kemarin, indeks dollar spot tumbang ke level 92,74, dari sebelumnya 92,84. Ini menjadi posisi terendah sejak Mei tahun lalu. Langkah rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang Asia yang juga terapresiasi. Tercatat, hanya dollar Hong Kong dan yen yang keok.

Faisyal, Research & Analyst Monex Investindo Futures, mengatakan, tekanan pada the greenback bertambah setelah dugaan kecurangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS tahun lalu mencuat.

Ekonom Bank BCA David Sumual menambahkan, data ekonomi yang bakal banyak keluar sepanjang pekan depan, seperti penjualan rumah, tingkat inflasi, upah pekerja, dan klaim pengangguran negeri Uwak Sam, membuat tarik menarik antara mata uang dunia. "Utamanya, pergerakan masih dari Amerika Serikat. Pasar masih terus mencermati keadaan ekonomi," ujarnya, Jumat (4/8).

Pekan depan, sejumlah data dari dalam negeri juga akan rilis. Misalnya, produk domestik bruto (PDB) dan cadangan devisa. Data-data ini bisa menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah. "Ada peluang rupiah menguat, terutama data AS masih kurang baik," kata Faisyal.

Untuk itu, pekan depan Faisyal memprediksikan, rupiah berpotensi menguat di kisaran Rp 13.280-Rp 13.350 per dollar AS. Sementara David memperkirakan, rupiah masih stabil di rentang Rp 13.300-Rp 13.350 karena belum ada sentimen yang berpengaruh signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×