kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RHB Sekuritas rekomendasikan profit taking saham Erajaya (ERAA), ini alasannya


Selasa, 09 Juli 2019 / 14:37 WIB
RHB Sekuritas rekomendasikan profit taking saham Erajaya (ERAA), ini alasannya


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. RHB Sekuritas menyarankan para investor untuk mengambil kesempatan dengan melakukan aksi ambil untung (profit taking) untuk saham perusahaan ritel gawai, Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). 

Dalam risetnya yang diterima Kontan.co.id, RHB mengubah rekomendasi dari yang sebelumnya menyarankan investor membeli saham ERAA. Untuk aksi ambil untung ini, RHB merekomendasikan investor untuk melakukan aksi ambil untung dengan target price 2000.

Utamanya, perubahan rekomendasi investasi oleh RHB itu didasarkan pada sentimen mengenai regulasi International Mobile Equipment Identity (IMEI). Rencananya regulasi yang diharapkan bisa memberantas peredaran produk gawai di pasar gelap itu baru akan diterapkan pada tanggal 17 Agustus 2019.

“Namun dampaknya tidak bisa langsung dirasakan oleh ERAA. Mungkin baru terasa berpengaruh terhadap kinerjanya satu tahun hingga dua tahun mendatang,” kata analis RHB Sekuritas Jessica Pratiwi dalam risetnya, Selasa (9/7).

Menurut RHB, peraturan IMEI itu tidak akan langsung berdampak kepada peredaran gawai di pasar gelap saat ini. Sebabnya, produk-produk gawai di pasar gelap tersebut sudah diregistrasi sebelum peraturan IMEI ditetapkan. 

“Sehingga belum akan menjadi katalis positif bagi ERAA. Kami memproyeksikan volume penjualan tumbuh secara flat di kisaran 2%,”, tulisnya.

Jessica menyebut selama ini penjualan gawai di pasar gelap menguasi 20%-25% dari pangsa pasar Indonesia. Riset Jessica menyebutkan, di pasar gelap produk Xiaomi dan Apple merajai daftar tertinggi penjualan.

Untuk kedua produk tersebut, jumlahnya diestimasikan mencapai 50% dari penjualan ERAA. Selisih harga yang mencapai Rp 2 juta-Rp 3 juta dari harga jual ERAA hingga alasan keterdahuluan pasar gelap dalam menjual produk terbaru, menjadi alasan popularitas pasar gelap.

Dengan begitu, Jessica memproyeksikan bahwa di akhir tahun 2019 nanti pertumbuhan pendapatan ERAA masih akan tumbuh tipis di kisaran Rp 36,97 triliun Proyeksi itu tumbuh tipis 6,42% dibanding pendapatan tahun 2018 yang sebesar Rp 34,74 triliun.

Sedangkan untuk laba, RHB memperkirakan bottom line ERAA akan tertekan dari Rp 850 miliar menjadi Rp 643 miliar. 
“Penambahan beberapa produk gawai baru dengan jumlah penjualan yang relatif flat akan membuat ERAA sedikit tertekan,” paparnya. 

Selain itu agresifnya rencana ekspansi yang dilakukan ERAA, depresiasi rupiah terhadap dollar US hingga disrupsi e-commerce menjadi faktor lain yang bisa menekan kinerja ERAA.

Hal itu akan berkebalikan ketika regulasi IMEI sudah diterapkan. “Dengan diberlakukannya IMEI maka penjualan produk gawai ERAA bisa lebih tinggi 20% hingga 30%,” jelas Jessica dalam riset tersebut.

Untuk itu, ketika peraturan itu terasa dampaknya dalam waktu paling lama dua tahun, RHB berekspektasi ERAA bisa mencatatkan penjualan hingga Rp 42,36 triliun. Sedangkan laba bisa mencapai Rp 925 miliar di tahun 2021 nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×