kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,78   5,42   0.58%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PGAS: Sudah saatnya Indonesia mengurangi impor gas


Minggu, 12 November 2017 / 18:16 WIB
PGAS: Sudah saatnya Indonesia mengurangi impor gas


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Konsumsi liquified petroleum gas (LPG) Indonesia terus membengkak seiring dengan konversi penggunaan minyak tanah ke gas. Akibatnya, negara harus mengimpor LPG.

Tahun ini Indonesia diperkirakan mengimpor LPG hingga 7 juta ton. Angka tersebut setara dengan 70% dari kebutuhan LPG tahun ini.

Hal ini menjadi ironi. Padahal, Indonesia memiliki potensi gas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga untuk memasak melalui jaringan gas (jargas).

"Kita malah mengespor gas. Sayang sekali gas bumi kita diekspor dengan harga murah, sementara LPG harus diimpor dari luar negeri dengan harga yang mahal," ujar Direktur Infrastruktur dan Teknologi, Dilo Seno Widagdo akhir dalam acara Media Gathering PGAS akhir pekan lalu, Jumat (11/11).

Menurut data SKK Migas pada 2016, Indonesia sudah memproduksi gas bumi sebesar 1.418 BOEPD (Barel Oil Equivalen Per Day/Barel Setara Minyak Per Hari). Namun dari angka itu hampir 42% diekspor ke luar negeri.

Pemerintah juga berencana mengoptimalisasikan pemanfaatan gas bumi dalam negeri dengan mengurangi ekspor gas bumi hingga 20% pada 2025. Lalu ekspor direncanakan berhenti pada 2036.

Dilo mengatakan, untuk merealisasikan target tersebut PGAS bertugas untuk meningkatkan jumlah pelanggannya baik dari industri, pembangkit listrik, komersial dan UMKM serta rumah tangga.

Ini bukan pekerjaan mudah. PGAS harus membangun pipa dari tengah laut sampai tengah kota. "Tapi, kami punya komitmen untuk itu," imbuhnya.

PGAS mencatat untuk jumlah pelanggan rumah tangga hingga 30 September 2017 tercatat sebanyak 177.170 pelanggan. Angka itu setara 0,4% dari total penjualan PGN.

Sementara penjualan untuk pelanggan industri dan pembangkit listrik mendominasi 97,1%, meskipun jumlahnya hanya 1.739 pelanggan. Sementara untuk pelanggan komersial dan UMKM sebanyak 2,5% dengan pelanggan sebanyak 1.984 pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×