kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perkuat modal, BNII rights issue Rp 1,5 triliun


Kamis, 28 Maret 2013 / 06:49 WIB
Perkuat modal, BNII rights issue Rp 1,5 triliun
ILUSTRASI. Kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) di Cilegon, Banten, Kamis (19/7). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/pras/18


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) merealisasikan rencana untuk memperkuat struktur modalnya. Dalam prospektus yang dirilis Rabu (27/3), BNII mengungkapkan rencana penerbitan 4,69 miliar atau 7,69% dari total saham melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Saham tersebut merupakan Seri D dengan nilai nominal Rp 22,5 per saham. BNII rencananya akan melepas saham itu pada harga Rp 320 per saham. Artinya, BNII bakal meraup dana maksimal senilai Rp 1,5 triliun dari aksi korporasi yang lazim disebut rights issue tersebut.

Manajemen BNII menuturkan, dana hasil rights issue bakal digunakan seluruhnya untuk ekspansi kredit. Dengan ini, BNII berharap bisa lebih mengembangkan usaha sehingga bakal berdampak pada peningkatkan modal inti-nya.

Janson Nasrial, Analis AM Capital menilai, aksi menggalang dana melalui rights issue wajar dilakukan BNII. Soalnya, aksi korporasi ini memiliki setidaknya 2 (dua) keuntungan bagi perusahaan.

Pertama, struktur modal BNII akan lebih kuat tercermin dari potensi meningkatnya rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). Per 2012, CAR BNII berada di posisi 12,83%.

"Peningkatan struktur modal ini sangat penting bagi BNII untuk memperbesar penyaluran kredit," kata Janson. Sepanjang 2012, performa kredit BNII cukup lumayan dengan tumbuh 20% menjadi Rp 80,9 triliun, dibandingkan 2011 yang Rp 67,2 triliun.

Kredit usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi penopang utama dengan pertumbuhan mencapai 41% dari Rp 16,4 triliun di 2012 menjadi Rp 23,1 triliun di tahun lalu. Sementara kredit korporasi BNII tumbuh 24% year-on-year (yoy) menjadi Rp 21,6 triliun di akhir 2012.

Dua segmen kredit lain yaitu konsumer dan komersial tidak terlalu dipacu BNII. Buktinya, di 2012, kredit komersial BNII hanya tumbuh 1% yoy menjadi Rp 8 triliun, sementara kredit konsumer naik 11% yoy menjadi Rp 27,8 triliun.

Pertumbuhan kredit yang diraih BNII berimbas pada kenaikan margin bunga atau net interest margin (NIM). Tahun lalu, BNII mampu meraih NIM 5,73% dari 2011 yang masih 5,22%.

Kedua, aksi rights issue juga memberikan benefit dalam hal likuiditas saham. Sudah lazim diketahui, BNII merupakan salah satu saham yang kurang likuid dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bukan hal sukar mencari penyebabnya. Porsi saham BNII yang beredar di publik hanya 2,71%. Mayoritas saham BNII dikuasai duo pengendali yaitu Sorak Financial Holdings Pte, Ltd (54,33%) dan Maybank Offshore Corporate Services Sdn Bhd (42,96%).

"Dengan rights issue, setidaknya ada sentimen positif yang bisa meningkatkan likuiditas saham BNII," ungkap Janson. Terlepas dari masalah likuiditas yang rendah, Janson menilai potensi penyerapan saham rights issue BNII sangat tinggi.

Soalnya, perbankan masih memberikan daya tarik tinggi bagi para investor. Hal ini terbukti dari saham-saham sektor perbankan menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sejak awal tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×