kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyerapan IPO anak BUMN tak optimal


Selasa, 14 November 2017 / 12:30 WIB
Penyerapan IPO anak BUMN tak optimal


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhelatan initial public offering (IPO) anak usaha perusahaan plat merah kurang gereget ketimbang perhelatan serupa tahun-tahun sebelumnya. Bahkan sejumlah anak usaha BUMN terpaksa menurunkan target penjualan saham perdana.

PT PP Presisi, misalnya, memangkas target porsi IPO dari sebelumnya 35% menjadi 23% saham. Anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini juga menetapkan harga pelaksanaan IPO di level bawah rentang harga, yakni Rp 430 per saham, dari kisaran harga penawaran Rp 430 hingga Rp 550 per saham.

Kabar terbaru, Wika Gedung juga menetapkan harga IPO di rentang bawah, Rp 290 per saham. Pada masa penjajakan, anak usaha Wijaya Karya (WIKA) ini menawarkan harga IPO di kisaran Rp 290–Rp 456 per saham.

Manajemen Wika Gedung belum bersedia mengonfirmasi tentang harga IPO. Direktur Pengembangan Investasi dan Human Capital Wika Gedung Nur Al Fata menyatakan, pihaknya tengah mengajukan persetujuan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kami belum bisa sampaikan," ujar dia ke KONTAN, kemarin.

Al Fata hanya menyebutkan porsi saham IPO Wika Gedung. "Sesuai public expose, first offer 30% saham," kata dia.

Pada 10 Oktober 2017, saham IPO Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia juga tak terserap maksimal. Alhasil, anak usaha Garuda Indonesia ini hanya melepas 10% saham, dari target awal melepas 30% saham via IPO.

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, perubahan porsi saham IPO mengindikasikan kemungkinan target dana tak tercapai maksimal. "Apalagi ambil rangeharga bawah. Artinya penawaran saat book building tidak agresif," ujarnya.

Dia menyatakan, investor membeli saham IPO tak semata-mata memperhatikan kinerja emiten pada saat proses penawaran saham perdana. Potensi kenaikan harga di hari pertama serta prospek ke depan juga menjadi perhatian.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, perubahan porsi saham IPO adalah bagian dari strategi manajemen emiten agar penyerapan saham perdana optimal. "Bisa saja mereka khawatir tak terserap semuanya. Jadi tahap awal hanya mengeluarkan sebagian, sambil menunggu momentum bagus untuk bisa lepas di harga lebih tinggi," imbuh Reza.

Soal harga, Analis First Asia Capital David Sutyanto melihat, investor global lebih tertarik dengan saham IPO yang menawarkan PER 10 kali. Dia menyebutkan, rentang harga IPO Wika Beton merefleksikan PER 7-11 kali, sementara PP Presisi sebesar 14 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×