Reporter: Namira Daufina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Koreksi harga emas masih terus berlanjut. Tekanan datang setelah analis menduga peluang kenaikan suku bunga The Fed akan berlanjut di tahun 2017 mendatang.
Mengutip Bloomberg, Jumat (9/12) pukul 17.27 WIB harga emas kontrak pengiriman Februari 2017 di Commodity Exchange terkikis 0,04% di level US$ 1.171,90 per ons troi dibanding hari sebelumnya.
Terpuruknya harga emas ini sudah berlangsung selama lima minggu terakhir pasca kemenangan Donald Trump sebagai Presiden terbaru Amerika Serikat. Ekspektasi pasar kebijakan yang akan diterapkan oleh Trump nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif dan turut mendukung pertumbuhan inflasi.
Barnabas Gan, Ekonom Singapore-based-Oversea Chinese Banking Corp seperti dikutip dari Bloomberg mengatakan, pekan depan peluang kenaikan suku bunga The Fed sudah hampir pasti. Tentunya ini akan semakin menyudutkan posisi harga emas. Belum lagi ditambah dengan terus membaiknya performa bursa saham AS.
Sementara ABN Amro NV dan OCBC menduga katalis negatif utama yang membayangi pergerakan harga emas datang dari membaiknya sektor saham dan peluang kenaikan suku bunga. Maka dari itu emas menjadi kurang menarik di pasar saat ini. Belum lagi, beberapa analis logam mulia yang dirangkum Bloomberg menduga kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi pada 2017 mendatang. Setidaknya masih ada dua kali kenaikan lagi.
Berbeda, Commerzbank AG memprediksi masa depan harga emas masih akan bullish. Mengingat peluang kontroversi kepemimpinan Trump dan negosiasi Brexit yang masih terus berlangsung tahun depan akan meningkatkan lagi pamor emas sebagai safe haven.
“Setidaknya selagi antisipasi FOMC pekan depan akan tetap membawa emas turun dengan support kuat di US$ 1.150 per ons troi,” kata Suluh Adil Wicaksono, Analis Cerdas Indonesia Berjangka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
