kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang produk herbal besar, ini rencana Kalbe Farma (KLBF) ke depan


Selasa, 17 November 2020 / 18:26 WIB
Peluang produk herbal besar, ini rencana Kalbe Farma (KLBF) ke depan
ILUSTRASI. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melihat peluang yang besar dari produk herbal.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melihat peluang yang besar dari produk herbal. Emiten farmasi ini menyusun strategi untuk mengembangkan produk-produk ini. 

"Banyak fokus ke sana. Kami tahu bahwa di Indonesia ini sangat banyak pilihan dan perlu dikembangkan ke depan," kata Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius dalam acara The 2nd MarkPlus Industry Roundtable: Pharmaceutical Industry Perspective yang digelar secara virtual, Selasa (17/11). 

KLBF telah memiliki belasan produk herbal. Ke depannya, KLBF berinisiatif untuk terus mengembangkan produk herbalnya. Salah satunya dengan melakukan uji klinis obat-obatan herbal agar terstandard atau fitofarmaka. 

Dengan adanya dukungan secara klinis, diharapkan obat-obatan herbal akan lebih maju. Sehingga, diharapkan pasarnya nanti tidak hanya di Indonesia tetapi memungkinkan juga untuk diekspor. "Kami sudah punya data itu dan peluangnya sangat besar untuk pasar-pasar ekspor yang sesuai dengan herbal Indonesia," imbuh Vidjongtius. 

Baca Juga: BPOM prediksi pengembangan vaksin corona paling cepat terealisasi di pertengahan 2021

Selain itu, keseriusan KLBF dalam produk-produk herbal dicontohkan dengan inovasi untuk menghasilkan bibit-bibit ungul jahe merah. Terkait hal ini, KLBF tengah berupaya menciptakan ekosistem dari hulu ke hilir. Selain proses menanam, akan ada juga proses pengembangan penanaman hingga berkulitas dan proses ekstrak.

Upaya KLBF untuk mengembangkan produk herbal tidak terlepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak, misalnya saja akademisi dengan melibatkan berbagai universitas, Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), LIPI, dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 

Di kesempatan yang sama Wakil Ketua Bidang Humas DPP GP Jamu, Edward Basilianus mengungkapkan potensi industri obat herbal cukup besar, Bahkan, industri ini diharapkan bisa bertumbuh hingga 7% hingga 8%. Adapun data Kementerian Perindustrian menunjukkan potensi nilai penjualan jamu di pasar domestik mencapai sekitar Rp 20 triliun dengan ekspor senilai Rp 16 triliun. 

Baca Juga: Prospek industri farmasi dan obat herbal pada kuartal IV 2020

Hanya tantangannya, sumber daya untuk produksi obat-obat herbal dari dalam negeri melimpah akan tetapi masih banyak produk herbal yang mengandalkan bahan baku impor. "Ini yang harus kita tekankan. Bahan baku dalam negeri juga bisa menekan harga produk herbal lebih terjangkau," kata Edward. Dia memaparkan, dari sekitar 45.000 obat tumbuhan yang di seluruh dunia, kurang lebih 33.000 di antaranya tersebar di Indonesia. 

Sekadar informasi, obat herbal juga memiliki potensi yang besar di tengah pandemi Covid-19. Mengutip hasil survei dari MarkPlus, sebanyak 92% responden memiliki ketertarikan yang tinggi dalam membeli produk herbal. Responden mengaku alasan dari tingginya ketertarikan mereka adalah terbuat dari bahan-bahan alami (84,1%) dan tidak memiliki efek samping (69,6%).

Survei tersebut melibatkan terhadap 112 responden di seluruh Indonesia. Persebarannya, 41,1% berdomisili di Jabodetabek dan 58,9% di luar Jabodetabek, mayoritas responden berusia 35 sampai 44 tahun. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Kesehatan Kebal Pandemi , Cermati Saham KLBF dan IRRA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×