kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelonggaran ekspor Iran melelehkan harga minyak


Selasa, 17 Juli 2018 / 20:40 WIB
Pelonggaran ekspor Iran melelehkan harga minyak
ILUSTRASI. Semburan api ladang minyak di Soroush, bersebelahan dengan bendera Iran


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu faktor yang menjadi perhatian pelaku pasar dan membuat harga minyak turun adalah kemungkinan berlanjutnya kembali impor minyak dari Iran. Kondisi tersebut mungkin terjadi setelah Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Steve Mnuchin menyatakan akan memberikan kelonggaran bagi beberapa negara untuk tetap mengimpor minyak dari Iran.

Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, pernyataan tersebut bisa membuat pasar melihat akan ada kemungkinan peningkatan pasokan terutama dari Iran. Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan, pernyataan tersebut berarti meredakan kekhawatiran pelaku pasar akan adanya gangguan pasokan minyak dari Iran.

"Gangguan pasokan mulai sirna, pernyataan AS membuat Iran masih tetap mempunyai akses untuk ekspor minyak ke pasar global dan membuat harga minyak turun tajam," kata Deddy, Selasa (17/7).

Dedy menjelaskan jumlah ekspor Iran beberapa bulan lalu sekitar 2 juta barel per hari. Sebelum pernyataan Mnuchin dan bila hingga November AS dan negara sekutu sepakat untuk menguragi impor dari Iran, maka jumlah ekspor Iran akan berkurang menjadi 600.000 barel per hari hingga 1 juta barel per hari. Namun, pernyataan Steve cenderung meredakan kekhawatiran dan berakibat pada turunnya harga minyak.

Di tengah banjir produksi minyak dan kemungkinan Iran kembali mengekspor minyak meski dalam jumlah yang terbatas, Putu memproyeksikan harga minyak akan turun ke US$ 64 per barel-US$ 65 per barel.

Kompak, Deddy mengatakan jika harga minyak stabil di bawah US$ 70 per barel maka titik terendah harga minyak bisa ke US$ 65 per barel.

Putu berpendapat, saat ini belum ada sentimen positif yang bisa membuat harga minyak naik. "Pekan lalu saja, meski stok minyak AS turun tapi kenaikan harga minyak tidak signifikan," kata Putu.

Jika Rabu (18/7) data menyebutkan stok minyak AS turun signifikan, maka harga minyak berpeluang menguat di sekitar US$70 per barel saja. "Tren jangka menengah konsolidasi di US$ 65 per barel hingga US$75 per barel," kata Putu.

Secara teknikal Putu menganalisis harga berada di bawah MA 50 tapi di atas MA 100 dan MA 200. MACD di area positif tetapi bergerak turun di kisaran 0,3. Stochastic bergerak turun di level 11 mengindikasikan jenuh jual. RSI turun di kisaran 19 juga menunjukkan jenuh jual. Putu merekomendasikan buy on dips ketika harga berada di US$ 64 per barel-US$ 65 per barel.

Putu memproyeksikan harga minyak WTI besok berada di US$ 66,50 per barel hingga US$ 70,40 per barel. Sementara, Deddy memproyeksikan harga minyak WTI besok berada di rentang US$ 67,50 per barel-US$ 68,80 per barel.

Sementara untuk sepekan depan Deddy memproyeksikan harga minyak WTI berada di US$ 69,80 per barel-US$ 76,10 per barel. Sementara Putu memproyeksikan di US$64,00 per barel-US$71,90 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×