kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar cermati arah bunga acuan BI


Kamis, 21 Juni 2018 / 08:00 WIB
Pasar cermati arah bunga acuan BI


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di hari pertama transaksi seusai libur Lebaran, pasar modal domestik langsung merosot tajam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin (20/6) ditutup menyusut 1,83% ke level 5.884,04. IHSG sempat bergerak di level support 5.834 hingga resistance 5.974.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, mengakui penurunan indeks saham merupakan dampak dari sentimen dari pasar global, seperti kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Pada pertengahan Juni, The Fed kembali menaikkan bunga acuannya sebesar 0,25% menjadi 1,75%-2%.

Ada spekulasi di pasar, kebijakan suku bunga The Fed tersebut akan diikuti Bank Indonesia (BI). BI kemungkinan kembali menaikkan suku bunga acuan 7-day revers repo rate (7-DRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di akhir Juni nanti.

"Jujur saja sebagai pelaku pasar modal, saya bisa katakan suku bunga merupakan salah satu musuh terbesar," ungkap Tito, Rabu (20/6). Ia mengatakan hal tersebut terefleksi dari penurunan IHSG kemarin.

Di sisi lain, libur yang terlalu panjang menjadi salah satu faktor penggerus IHSG. Selama sepekan terakhir, sentimen negatif global terakumulasi sehingga pasar saham mencatatkan penurunan cukup signifikan.

Otoritas BEI mencatat beberapa sentimen negatif, seperti perkembangan isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas. China mengumumkan akan mengenakan tarif impor terhadap gas alam dan produk energi lainnya.

Dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei tercatat menurun menjadi US$ 122,9 miliar dari bulan sebelumnya US$ 124,9 miliar. Selain itu, neraca perdagangan Mei juga mencatatkan defisit.

Meski demikian, Tito menilai investor tidak perlu cemas. Sebab, secara fundamental, perusahaan yang ada di Indonesia saat ini cenderung masih kuat. Selain itu, jumlah investor saham terus meningkat dan frekuensi pasar modal masih menunjukkan pertumbuhan.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee sepakat bahwa faktor global menjadi pemicu penurunan IHSG kemarin. Kecemasan akan perang dagang AS versus Tiongkok menjadi perhatian utama para investor pasar modal.

Namun Hans melihat, AS hanya menggertak saja, seperti dilakukan Presiden Donald Trump terhadap Korea Utara. Hal ini membuat yield US Treasury menjadi naik dan kebanyakan mata uang dunia melemah terhadap dollar AS. "Kekhawatiran ini membuat investor masuk ke safe haven seperti yen Jepang dan dollar AS," kata Hans.

Beberapa faktor juga mempengaruhi investor. Misalnya kebijakan bunga acuan The Fed yang kemungkinan akan direspons oleh BI dengan mengerek kembali bunga acuan 7-DRR saat Rapat Dewan Gubernur BI pada 28 Juni 2018.

Namun demikian, Hans melihat koreksi IHSG hanya sementara. Apalagi, di saat yang sama belum ada sentimen positif yang mampu menggerakkan pasar modal. Misalnya, pelaku pasar tengah menantikan laporan keuangan emiten di kuartal II-2018.

Saat ini, IHSG cenderung bergerak ke arah konsolidasi. Hans mengatakan, menjelang pemilihan umum, biasanya indeks saham bergerak melandai. Dia pun memprediksi IHSG hingga akhir tahun nanti akan berada di level 6.100 hingga 6.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×