Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan, kurs rupiah masih minim tenaga. Kendati data neraca perdagangan Juni diumumkan mencatat surplus US$ 1,74 miliar, nilai tukar mata uang Garuda tetap melemah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, Senin (16/7), rupiah di pasar spot berada di posisi Rp 13.394 per dollar AS atau melemah 0,11% dari posisi di hari sebelumnya. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga mencatat, hari ini, rupiah masih melemah 0,26% ke level Rp 14.396 per dollar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menilai, rupiah terbilang menguat menjelang akhir perdagangan hari ini. Siang tadi, nilai tukar sempat terdampar di level Rp 14.416 per dollar AS. "Setelah data neraca perdagangan dirilis, rupiah naik lagi, meski memang tidak tajam," kata Mikail, Senin (16/7).
Mikail berpendapat, penguatan rupiah yang dipicu data positif neraca perdagangan masih terbatas lantaran pelaku pasar masih diselimuti ketidakpastian perang dagang antara AS dan China. Apalagi, pekan lalu China mengumumkan perdagangannya terhadap AS masih mencatat surplus sekitar 20% dengan nilai US$ 29 miliar.
"Ini membuat pasar takut AS akan mengambil tindakan lebih lanjut terkait tarif dagang dengan China," ujar Mikail.
Selain itu, rupiah juga masih tertekan lantaran aksi profit-taking di pasar saham maupun obligasi dalam negeri masih terjadi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga obligasi sempat naik hingga akhir pekan kemarin.
Untuk perdagangan besok, Selasa (17/7), Mikail memproyeksi rupiah akan bergerak stabil dan cenderung menguat. "Besok juga ada lelang surat utang negara (SUN) sehingga rupiah harusnya bisa lebih stabil," kata dia.
Menurutnya, jika tidak ada berita insidentil dari luar, terutama pernyataan-pernyataan Presiden AS Donald Trump yang baru, besok rupiah bepotensi menguat. Prediksinya, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 14.350 per dollar AS-Rp 14.370 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News