kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip kinerja Astra berbanding konglomerasi lainnya


Selasa, 20 Maret 2018 / 08:50 WIB
Mengintip kinerja Astra berbanding konglomerasi lainnya
ILUSTRASI. TOYOTA


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten anggota grup konglomerasi telah merilis laporan keuangan 2017. Pencapaian kinerja emiten Grup Astra cukup bagus dibandingkan emiten grup konglomerasi lainnya.

Setidaknya ada enam emiten Grup Astra yang merilis kinerja 2017. Mereka adalah ASII, BNLI, ACST, UNTR, AALI dan ASGR. Rata-rata emiten Grup Astra meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 29% year-on-year (yoy). Adapun rata-rata laba bersihnya meningkat 39% (yoy).

Dari sisi Grup Salim, LSIP mencatat pertumbuhan laba bersih 28,57% (yoy) menjadi Rp 764 miliar. Sedangkan laba bersih SIMP melorot 4,85% (yoy) menjadi Rp 512 miliar.

Pagi ini, INDF mengumumkan kenaikan laba bersih 0,6% menjadi Rp 4,17 triliun. Sedangkan ICBP menikmati pertumbuhan laba 5,4% menjadi Rp 3,8 triliun.

Untuk Grup Sinarmas, baru sebagian emiten yang merilis kinerja keuangan 2017. Mereka antara lain BSDE, DUTI dan FREN. Laba BSDE melonjak 173,93% (yoy) menjadi Rp 4,92 triliun. Sedangkan laba DUTI menyusut 23,93% menjadi Rp 535,31 miliar. Di sisi lain, FREN masih mencetak rugi Rp 3 triliun.

Dari Grup Lippo, ada LPPF, MLPT dan SILO yang telah merilis laporan keuangan sepanjang tahun lalu. Rata-rata ketiga emiten itu mencatatkan penurunan laba 3,09%.

Bisnis terdiversifikasi

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, kinerja Grup Astra membaik, meski bisnis otomotif cenderung melambat. Pencapaian positif kinerja Grup Astra didorong oleh perbaikan sektor jasa keuangan dan batubara. "Portofolio Grup Astra terdiversifikasi," kata dia, kemarin.

Salah satu anggota Grup Astra yang menonjol adalah BNLI. Pada 2017, emiten ini meraup laba Rp 748 miliar. Padahal di 2016 masih mencatat kerugian Rp 6,48 triliun.

Frederik melanjutkan, emiten konglomerasi ibarat portofolio investasi. Dengan demikian, lini usaha dan ukuran bisnis menjadi penentu kinerja grup konglomerasi.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee sepakat bahwa sektor dan segmen bisnis anak usaha turut menentukan kinerja grup konglomerasi. Di Grup Astra, misalnya, harga batubara yang tinggi pada tahun lalu mendorong kinerja keuangan UNTR.

"Bagi yang bergerak di sektor CPO sepertinya akan flat. Sebagian yang di sektor properti seharusnya ada kenaikan," ungkap Hans, menggambarkan kinerja emiten konglomerasi pada tahun lalu. Namun, dia tidak menampik adanya sentimen khusus yang mempengaruhi individu masing-masing grup konglomerasi.

Memasuki tahun politik, analis melihat emiten konglomerasi yang bergerak di sektor barang konsumsi dan properti memiliki prospek yang lebih baik. Frederik memprediksikan Grup Sinarmas dan Salim berpeluang menggenjot kinerja. Sebab, portofolio bisnis dua grup ini terkait sektor barang konsumsi dan properti. "Kedua industri ini dalam masa recovery," tutur dia.

Hans juga menilai tahun politik mendongkrak sektor konsumer dan properti. Hans juga percaya bahwa permintaan otomotif juga masih akan aman. Dia merekomendasikan investor melirik saham Grup Astra dan Salim.

Tapi sebelum investor masuk saham emiten konglomerasi, Frederik menyarankan beberapa hal perlu dipertimbangkan. Pertama, seberapa rutin emiten membagikan dividen. Kedua, pahami cara berbisnisnya. "Perhatikan bagaimana perusahaan di bawah konglomerasi bisa bersinergi satu sama lain," ujar dia.

Kemudian, seberapa besar daya serap tenaga kerja dan seberapa jauh konglomerasi itu bisa melatih sumber daya manusia dalam negeri untuk lebih kompetitif.

Terakhir, perhatikan intensitas aksi korporasi anggota konglomerasi, terutama terkait merger dan akuisisi.

Kinerja emiten konglomerasi 2017

Grup Konglomerasi Pendapatan FY17 Perubahan (yoy) Laba 2017 Perubahan (yoy)
Grup Astra
ASII Rp 206,06 triliun 14% Rp 18,88 triliun 24,58%
AUTO Rp 13,55 triliun 5,80% Rp 551,41 miliar 31,85%
BNLI Rp 5,46 triliun 5,25% Rp 748,43 miliar                                   -
ACST Rp 3,03 triliun 68,73% Rp 154,25 miliar 125,74%
UNTR Rp 64,56 triliun 41,76% Rp 7,40 triliun 47,99%
AALI Rp 17,31 triliun 22,55% Rp 2,01 triliun 0,17%
ASGR Rp 391,84 miliar 44,44% Rp 254,68 miliar 0,83%
 
Grup Salim
INDF Rp 70,99 triliun 5,30% Rp 4,17 triliun 0,60%
ICBP Rp 35,61 triliun 3,60% Rp 3,8 triliun 5,40%
LSIP Rp 4,74 triliun 23% Rp 763,5 miliar 28,57%
SIMP Rp 15,83 triliun 8,92% Rp 512,20 miliar -4,85%
 
Grup Sinarmas
BSDE Rp 10,35 triliun 58,66% Rp 4,92 triliun 173,93%
DUTI Rp 1,72 triliun -14,89% Rp 535,31 miliar -23,93%
FREN Rp 4,67 triliun 28,35% - Rp 3,02 triliun                      -53,10%
INKP (30/09/2017) US$ 2,26 miliar 11,33% US$ 287,44 juta 196,12%
TKIM (30/09/2017) US$ 782,51 juta 2,85% US$ 22,47 juta 101,89%
DMAS (30/09/2017) Rp 493,68 miliar -51,23% 254,41 miliar -48,54%
BSIM (30/09/2017) Rp 4,50 triliun 6,36% 191,82 miliar -39,53%
 
Grup Lippo
LPKR (30/09/2017) Rp 7,49 triliun 0,81% Rp 624,66 miliar -7,16%
LPPF Rp 10,02 triliun 1,30% Rp 1,9 triliun -5,60%
MLPT Rp 2,14 triliun 11,06% Rp 112,36 miliar -23,90%
SILO Rp 5,85 triliun 13,15% Rp 99,60 miliar 20,24%

Sumber: laporan keuangan emiten, RTI, dan riset KONTAN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×