kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menambah koleksi selagi harga murah


Rabu, 06 Mei 2015 / 06:34 WIB
Menambah koleksi selagi harga murah
ILUSTRASI. 6 Kondisi Kuku yang Menjadi Tanda Penyakit dan Gangguan Kesehatan


Reporter: Namira Daufina, Noor Muhammad Falih, Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTa. Pasar saham domestik mencoba bangkit setelah terkoreksi tajam sepekan terakhir. Di saat arah pergerakan pasar belum pasti, para investor harus cermat menata portofolio mereka, sembari tetap menyesuaikan dengan horizon investasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Direktur Pengembangan Bisnis Manulife Aset Manajemen Putut E. Andanawarih mengatakan, investor harus bijaksana menyikapi koreksi yang terjadi di pasar modal. Menurutnya, investor jangan sampai urung berinvestasi, karena khawatir dengan risiko penurunan nilai aset. "Momentum koreksi justru merupakan kesempatan mengoleksi efek di pasar modal dengan harga murah," ujar Putut, Selasa (5/5).

Ia mengingatkan, investor harus cermat memilih instrumen agar nilai investasi bisa terjaga bahkan meningkat. Menurutnya, reksadana bisa menjadi salah satu pilihan, sebab para investor tak perlu ribet meracik efek di pasar modal yang menjadi portofolio reksadana. "Biarkan itu menjadi tugas manajer investasi yang me-rebalancing portofolio sesuai keadaan pasar modal," imbuh Putut.

Namun, katanya, pemilihan instrumen tetap disesuaikan dengan tujuan investasi awal.  Putut mencontohkan, bagi investor reksadana dengan horizon investasi jangka pendek (1-3 tahun), bisa memiliki reksadana pasar uang dengan porsi 70%, dan reksadana campuran dengan porsi 30%.

Sedangkan, investor berhorizon jangka panjang atau di atas lima tahun, pilihan yang cocok, yaitu mayoritas di reksadana saham. Lalu, reksadana pendapatan tetap, campuran dan pasar uang dengan porsi  lebih sedikit.

Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto sependapat investor harus fokus pada tujuan investasi mereka. Setiap investor memiliki perencanaan keuangan masing-masing  "Asal berpegang teguh pada tujuan awal berinvestasi, seharusnya setiap investor bisa menangani koreksi ini," papar Rudiyanto.

Jangan sampai pergerakan pasar modal yang menyetir pilihan instrumen investasi. "Kalau sedikit masalah lalu pindah instrumen investasi, seseorang akan berubah dari investor menjadi spekulator," tuturnya.

Rudiyanto menyatakan, jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan investasi (horizon) akan menjadi penentu jenis instrumen investasi yang paling dibutuhkan seorang investor. Sehingga bukan kondisi pasar modal yang mengubah pilihan instrumen. "Sederhana, tujuan akan menentukan instrumen terbaik," ucapnya.

Berbagai pilihan sektor

Perencana Keuangan Eko Endarto menilai, saat ini  waktu yang tepat  mengoleksi saham dengan harga murah. Langkah tersebut terutama bagi investor dengan orientasi investasi jangka panjang atau di atas tiga tahun.

Menurutnya, sektor saham yang masih berprospek antara lain, sektor perbankan atau keuangan, lantaran  merupakan tempat perputaran uang. Lalu, sektor konsumer dan infrastruktur.

Saat kondisi ekonomi melemah, infrastruktur merupakan langkah awal pemerintah menggerakkan kembali ekonomi. "Proyek infrastruktur, banyak menyerap tenaga kerja dan peningkatan pembayaran gaji. Sehingga, belanja masyarakat meningkat," ujar Eko. Selain saham, instrumen reksadana saham masih bagus bagi investor berorientasi jangka panjang.

Namun, bagi investor dengan orientasi angka pendek alias di bawah satu tahun, Eko menyarankan, agar melepas kepemilikan saham mereka dan beralih ke instrumen pasar uang dan emas. "Meski harga emas sedang turun, bagus untuk menjaga inflasi dan berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana segar," jelasnya.

Ia membagi portofolio investasi berdasarkan kelompok usia. Bagi usia di bawah 30 tahun, bisa menempatkan 75% dana ke saham. Sisanya 10% ke pasar uang dan 15% ke emas atau obligasi.

Usia di atas 30 tahun-50 tahun, bisa memutar 65%-70% di saham, 10% pasar uang atau deposito serta sisanya di emas dan obligasi.  Usia di atas 50 tahun, bisa menempatkan  30%-40% di obligasi atau emas, 20%-25% di saham dan sisanya pasar uang

Perencana Keuangan One Shildt Financial Planning Risza Bambang mengatakan, bagi investor dengan penempatan dana di jangka menengah dan panjang, koreksi pasar modal bukan masalah. Justru menjadi momentum membeli instrumen dalam jumlah banyak

Tapi bagi investor yang memiliki orientasi jangka pendek koreksi pasar menjadi masalah. "Lebih baik cut loss atau switching ke saham dengan potensi rebound yang lebih cepat," sarannya.

Adapun, sektor saham yang bisa menjadi pilihan saat ini yaitu perbankan dan infrastruktur. "Kedua sektor tersebut paling cepat rebound," imbuhnya.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×