kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,77   5,31   0.58%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar laba dari perusahaan batubara


Senin, 09 April 2012 / 08:45 WIB
Menakar laba dari perusahaan batubara
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.


Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Mayoritas emiten produsen batubara papan atas mencatatkan kinerja bagus di tahun lalu. Rata-rata laba bersih emiten batubara naik lebih dari 100%, kecuali PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Emiten Grup Bakrie ini justru mencatatkan penurunan laba bersih.

BUMI mencetak laba bersih per akhir Desember 2011 senilai US$ 215,10 juta. Jumlah itu menyusut dibandingkan laba bersih 2010 yang mencapai US$ 266,05 juta.

Manajemen BUMI menjelaskan, satu penyebab penurunan laba bersih adalah membengkaknya beban bunga dan keuangan. Selama 2011, beban bunga dan keuangan BUMI naik menjadi US$ 660,68 juta dari beban di tahun 2010, yaitu US$ 651,71 juta.

BUMI juga menderita kerugian atas pembatalan penjualan saham Gallo Oil ke Florenceville. Nilai kerugian mencapai US$ 35,89 juta. Kemudian, beban usaha BUMI naik 50% dari sebelumnya US$ 312,85 juta menjadi US$ 469,93 juta. “Tahun 2011 adalah tahun penuh tantangan bagi BUMI seiring kondisi pasar yang tidak menentu," ungkap Ari Saptari Hudaya, Presiden Direktur BUMI.

Emiten batubara lain seperti Borneo Lumbung Energy & Metal, Indo Tambangraya Megah, Adaro Energy, Harum Energy, dan Bukit Asam mencatatkan kenaikan laba bersih cukup tinggi.

Janson Nasrial, analis AM Capital berpendapat, hampir seluruh emiten batubara memiliki tingkat efisiensi yang baik. "Kalau BUMI secara operasional masih bergantung pada minyak. Harga minyak dunia tahun lalu tinggi, ini menyebabkan biaya operasional tinggi," kata dia. Sedangkan rata-rata emiten lain sudah memiliki pembangkit listrik sendiri.

Janson memberikan peringkat, emiten batubara yang berprospek usaha paling bagus adalah ITMG, diikuti HRUM, dan PTBA. Alasannya, ketiga emiten ini memiliki beban bunga rendah sehingga laba bersihnya tak akan tergerus.

Pilihan selanjutnya ADRO, BRAU, BORN dan terakhir BUMI. BORN mencetak pertumbuhan laba bersih lima kali lipat menjadi Rp 1,82 triliun. Tapi Janson memprediksi permintaan batubara kokas yang diproduksi BORN berkurang selama 2012.

Penyebabnya, industri baja dan otomotif dunia melesu. Harga batubara kokas memang tinggi, hampir tiga kali lipat daripada harga batubara thermal. Dus, perkiraan penurunan permintaan batubara kokas berpotensi menekan kinerja BORN pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×