kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menadah berkah dari akuisisi Freeport


Sabtu, 14 Juli 2018 / 17:20 WIB
Menadah berkah dari akuisisi Freeport


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tinggal selangkah lagi, pemerintah, melalui PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), akan menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Sejumlah emiten anggota holding BUMN pertambangan pun mulai menghitung manfaat di balik akuisisi tersebut.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) salah satunya. Emiten ini sepertinya bakal memperoleh dampak paling signifikan dari akuisisi tersebut.

Perusahaan ini bisa segera merealisasikan mimpinya yang sempat kandas. "Potensi yang bisa disinergikan dari akuisisi ini adalah pengolahan lumpur anoda," ujar Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo kepada Kontan.co.id, Jumat (13/7).

Lumpur anoda atau anode slime merupakan material sisa pemurnian tembaga. ANTM mampu menyulap lumpur ini menjadi emas batangan.

Sedikit kilas balik, ANTM sebelumnya sudah pernah mengajak Freeport membangun smelter, yakni pada 2016 silam. Lokasinya di Pulogadung. ANTM mengejar porsi kepemilikan 40%. Namun, rencana itu sirna. Sebab, tidak ada kesepakatan harga diantara kedua belah pihak.


Mengembalikan mimpi

 
Sekarang, ceritanya beda. Jika Freeport resmi menjadi bagian holding pertambangan, ANTM punya ruang lebih besar merayu Inalum untuk membuat smelter tembaga.

Wajar jika ANTM ingin segera bergerak cepat membentuk sinergi. Pasalnya, Freeport sudah lebih dulu memiliki smelter tembaga yang menghasilkan anode slime, yang dioperasikan anak usahanya, PT Smelting Gresik.

Smelter itu mampu memproduksi 2.000 ton anode slime yang bisa dikonversi menjadi 20 ton emas per tahun. Jumlah tersebut 10 kali lipat lebih besar dibanding produksi emas ANTM selama ini.

Sayang, lumpur berharga itu selama ini diekspor. Sebab, belum ada teknologi di dalam negeri yang mampu mengolah lumpur tersebut menjadi emas.

Jika Inalum menerima lamaran ANTM, perusahaan ini bakal segera membangun smelter demi menampung 2.000 ton lumpur yang diekspor. Namun, jumlah lumpur yang diserap akan bergantung uji kelayakan.

Yang terang, jika semua smelter tembaga sudah dibangun, akan ada tambahan anode slime 6.000 ton per tahun. "Itu bisa menghasilkan emas 60 ton per tahun," tambah Arie.

Lain halnya dengan hitungan PT Timah Tbk (TINS). Efek yang didapat masih terbatas. Direktur Keuangan PT Timah Tbk (TINS) Emir Ermindra mengatakan, manfaat yang diperoleh TINS dengan keberadaan Freeport yang paling terlihat baru soal potensi jalur penjualan baru.

"Kami akan memanfaatkan irisan mereka yang mungkin butuh produk timah," ujar Emir. Manfaat lainnya yang bisa diperoleh TINS adalah soal transfer pengetahuan dan teknologi.

Yang jelas, saat ini setidaknya investor perusahaan tambang pelat merah tersebut sudah merasakan dampak positif akuisisi Freeport. Kemarin, harga saham tambang pelat merah menguat.

Harga saham ANTM naik 16,67% jadi 910. Sementara saham PTBA naik 5,57% menjadi Rp 4.170. TINS naik 3,66% jadi Rp 850 per saham.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menilai saham ANTM masih menarik untuk dikoleksi. Dalam riset 25 Juni lalu, ia menulis, kinerja ANTM akan ditopang kenaikan harga nikel hingga tahun depan.

Atas dasar itu, dia menaikkan target harga ANTM menjadi Rp 1.400 per saham. Tentu, dengan rekomendasi buy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×