kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju harga minyak masih tersendat


Selasa, 14 November 2017 / 07:31 WIB
Laju harga minyak masih tersendat


Sumber: CNBC | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Minyak mentah menguat tipis di pasar Amerika Serikat pada Senin (13/11) malam. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendukung kenaikan. Namun, potensi peningkatan produksi di AS membatasi laju harga minyak.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI)di Nymex-AS ditutup naik 2 sen ke level US$ 56,76 per barel. Meski demikian, di pasar elektronik Asia, harga minyak bergerak turun ke US$ 56,72 per barel pukul 07.25 WIB.

Penguatan harga minyak mendapat sokongan dari ketegangan yang berlangsung di Timur Tengah. Konflik memicu kekhawatiran gangguan pasokan. Seperti diketahui, Arab Saudi memberantas praktik korupsi yang dilakukan kalangan pangeran. Ini meningkatkan kekhawatiran tentang stabilitas politik di negara produsen minyak terbesar di kawasan ini.

Perhatian lainnya termasuk perang di Yaman dan meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. Akhir pekan lalu, Bahrain mengatakan sebuah ledakan menyebabkan kebakaran pada pipa minyak utama disebabkan oleh sabotase pihak Iran.

Namun, laju harga minyak terbatas karena adanya potensi kenaikan produksi di AS. Baker Hughes melaporkan produsen di AS menambah pengoperasian sembilan rig minyak menjadi 738 unit rig per pekan lalu. Ini peningkatan terbesar sejak Juni. Asal tahu saja, jumlah rig di AS turun pada Agustus hingga Oktober lalu. Penambahan rig ini mengindikasikan industri minyak AS merasa nyaman beroperasi pada harga minyak sekarang.

Selama ini, harga minyak mendapat dukungan kuat dari pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC dan Rusia.
OPEC memperkirakan permintaan minyak pada 2018 akan lebih tinggi dan kesepakatan pemotongan produksi akan mengurangi kelebihan suplai minyak di pasar global.

Tingkat persediaan yang berada di atas rata-rata lima tahun telah turun lebih dari 50% pada 2017, dengan persediaan saat ini sekitar 160 juta barel," kata konsultan Timera Energy seperti dilansir CNBC.

"Jika tren saat ini terus berlanjut, persediaan kemungkinan akan kembali ke rata-rata lima tahun pada periode tertentu di 2018," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×